Lihat ke Halaman Asli

Muhammad RowahulMuslim

Mahasiswa Universitas Airlangga

Perkembangan Teknologi Kendaraan Listrik di Indonesia

Diperbarui: 22 Juni 2022   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Listrik bisa disebut sebagai energi masa depan karena bisa diperoleh dari berbagai sumber energi lain. Dikutip dari cnbcindonesia.com, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi mengatakan bahwa banyaknya pembangkit listrik yang baru beroperasi sejak 2017 mengakibatkan pasokan semakin besar, di mana cadangan daya sampai tahun 2020 telah mencapai 30%. 

Dengan kata lain, pasokan daya yang dimiliki PLN berkapasitas 130% dari kebutuhan. Adanya surplus energi ini merupakan suatu peluang yang bisa dimanfaatkan untuk percepatan penyebaran kendaraan listrik di Indonesia. 

Ditinjau dari market otomotif, Indonesia merupakan market terbesar di ASEAN. Data ASEAN Automotive Federation (AFF) menunjukkan, penjualan mobil di Indonesia dari Januari sampai Desember 2021 mencapai 887.202 unit atau naik 66,8% dari tahun sebelumnya. Akan tetapi, mirisnya brand/merek dari kendaraan ini bukan berasal dari Indonesia.

Pada tahun 2016 puncak market otomotif dunia dipegang oleh Toyota. Namun, 4 tahun kemudian kedudukan itu mampu diambil alih oleh Tesla yang notabene perusahaan otomotif dan penyimpanan energi listrik. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa era kendaraan listrik mulai diminati. Ditambah lagi dengan adanya peraturan untuk setiap negara agar bisa mereduksi emisi karbon di wilayahnya.  

Indonesia itu mampu untuk mengembangkan kendaraan listrik. Buktinya banyak kompetisi dan lomba yang dapat dimenangkan. Akan tetapi, kemampuan itu tidak diimbangi dengan kebijakan pemerintah dan kapabilitas industri di Indonesia yang belum mumpuni. 

Peta Pengembangan kendaraan Listrik di Indonesia yang sudah terpercaya dalam institusi pendidikan ini ada dari ITS (Platform dan Main Komponen Listrik), UNS (Battery Cell dan Battery Pack), UGM (Recycle Li-ion Battery), UI (Electric Bus), ITB (Platform kendaraan listrik). 

Menurut hasil pengamatan salah satu dosen Universitas Airlangga, beberapa kebutuhan kendaraan listrik yang belum ada pakar kepercayaannya ini meliputi charger & charging station, management operation EV, Photovoltaics, dan Material Battery.

Hasil Uji penggunaan mobil listrik (EV) Hyundai kona oleh Fitra Eri dengan total trip sejauh 1.278.7 km membutuhkan 147.81 kWh, jika dirupiahkan akan mencapai Rp. 249.946, sedangkan menggunakan mobil konvensional dengan total trip yang sama membutuhkan biaya yang lebih besar yakni Rp. 818.368.

Electric Vehicle (EV) telah digadang-gadang suatu saat akan menggantikan kendaraan konvensional. Menggunakan mobil listrik tidak hanya terlihat keren tetapi juga banyak banyak manfaat yang akan didapatkan ketika menggunakannya. Dikutip dari laman inews.id mobil listrik ini diklaim sebagai kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan karena mekanisme laju kendaraannya diproses dengan menggunakan daya listrik, sehingga tidak menghasilkan emisi CO2 dan CO. 

Selain itu mobil listrik juga memberikan kenyamanan dalam segi perawatan yang hemat karena tidak perlu ganti oli, koil, busi dan lain sebagainya. Sedangkan dalam segi penggunaan dengan kabin yang senyap, sunyi, dan tenang ditambah performa yang lebih tinggi ini sangat memanjakan penggunanya. 

Tantangan perkembangan EV di Indonesia dari segi baterai sudah ada yang namanya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang menyediakan Fast Charging dengan waktu pengisian 1 jam sama dengan 400 km perjalanan. SPKLU ini merupakan solusi untuk pengguna mobil listrik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline