Lihat ke Halaman Asli

Rouli Grace

pasaribu

Terarsip dalam Cerita

Diperbarui: 22 Desember 2021   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Haiiiii....
Lama tidak saling sapa
Kita berkomunikasi hanya lewat sebatas ketikan dan pesan suara
Namun ini semua tidak mengurangi rasa rinduku padamu....
Balasan pesanmu membuatku candu dan semakin merindu
Terkadang aku ingin segera menemuimu
Namun terkadang, semua harus kuurungkan karena situasi kita tidak mendukung..

Kau seperti obat penenang ketika aku merasa risau
Kau mengerti betul apa yang kubutuhkan
Hingga terkadang pemikiran kita selalu berseberangan
Ada sesuatu yang menjadi penghalang dihatiku
Bagaimana caramu mendidikku

Kerasnya perlakuanmu, terkadang membuatku merasa tidak berguna. Mengapa tidak dari dulu kau mendukungku? Sementara disetiap untaian doaku, namamu  selalu menjadi pemeran utama
Aku tidak mengerti alur pemikiranmu
Ya, terkadang aku merasa kau terlalu egois dan terlalu keras untukku, seorang anak yang hanya  ingin didukung penuh, namun itu tidak kudapatkan sepenuhnya...
Terkadang aku mengiri kepada mereka yang selalu didukung penuh atas tindakannya. Namun, hati kecilku selalu tergerak untuk mengatakan sabar dan tetap pada jalan pemikiranmu.

Caramu meluluhkan hatiku sangat mudah, karena kau mengerti betul siapa aku dan apa yang seharusnya kubutuhkan. Namun, mengapa kita berbeda?
Aku tidak mengerti cara meluluhkan hati siapapun. Dan terkadang temanku mengatakan kalau aku seorang manusia yang kaku.

Ini semua bukan tanpa sebab, karena apa yang kurasakan dan yang ingin kusampaikan kepada siapapun, harus kusaring beberapa kali.
Karena aku takut tidak merasa dihargai.

Terkadang aku ingin menyerah dan berputus asa. Namun, ketika rasa itu hadir, aku kembali kuat dan seolah memiliki pengharapan yang baru. Doaku yang beruntai kadang membuatku merasa jenuh, dan beranggapan bahwa itu mustahil kutempuh.

Kerasnya didikanmu membuatku terkadang jenuh, semua nasihat baikmu terkadang ku abaikan saja.  Karena yang kubutuhkan sejak awal hanya dukunganmu.  Hingga perlakuanku dan kerasnya kepalaku, meluluhkan hatimu.
Kini caraku bertindak seolah menjadi gambaran, betapa aku menginginkan hal itu. Dan lagi dan lagi kepekaan hatimu yang tinggi kembali meluluhkan hatiku.

Gejolak emosiku yang naik turun memaksaku untuk lebih banyak diam. Mencoba untuk memahami apa yang sebetulnya kubutuhkan. hingga pada akhirnya semua isi kepalaku hanya aku dan sang pemilik semesta yang mengetahuinya.

Kini doamu dan doaku yang searah, mengarahkanku kepada keinginanku. Hingga pada akhirnya aku merasakan langsung apa yang kuinginkan, yang tidak sesuai dengan ekspektasiku. Karena apa yang menjadi pilihanku harus kuperjuangkan dan tidak ada istilah menyerah.   Dan hari itu juga aku mengerti, bahwa semua perlakuanmu dan kerasnya didikanmu hanya untuk menyelamatkanku dari ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita kehidupan.

Terkadang aku menangis, namun kini aku mengerti. Harapanmu hanya satu. Anak dan gadis kecilmu ini kelak hidup dengan kemandirian dan pertanggung jawaban akan hidupnya masing masing. Kini aku menikmati setiap proses yang kulalui. Terima kasih ibuku yang terkasih. Karenamu aku menjadi sesosok yang mandiri dan bertanggung jawab akan setiap jalan pemikiranku sendiri.

Kini tidak ada lagi sekat pemisah dihatiku. Antara siapa orang yang paling kukasihi dan yang paling kuinginkan. Karena bagiku kau tidak berbeda dengan ayahku yang begitu kukagumi. Terima kasih karena telah mengasihiku dengan caramu yang unik. Doaku kini, kau tetap menjadi wanita yang kuat untuk dirimu, suamimu dan kami anak anakmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline