Lihat ke Halaman Asli

Sakho Ex Machina dan Pembelaan Abraham Lincoln

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Setelah pada paruh musim dimaktubkan oleh para penggemar sepakbola seantero dunia sebagai tim papan tengah, Liverpool FC mengalami kebangkitan yang tak terduga. The Reds adalah satu-satunya tim di Inggris yang belum pernah mencicipi pahitnya kekalahan di liga pada tahun 2015. Mereka yang masih secara tak sengaja menulis angka 2014 di ujung kanan atas lembaran kerja mungkin menganggap The Reds masih berada di papan tengah.

Namun inilah kenyataannya. Pada waktu artikel ini saya tulis, jarak mereka dengan rival merah mereka dari kota Manchester hanyalah dua poin. Tentu saja diskusi mengenai apa katalis sejati kebangkitan tim yang dianggap mengalami star loss syndrome (saya yakin anda tidak dapat menemukannya di wikipedia. Saya mengarangnya saja, seperti relevance deprivation syndrome ) ini menyeruak.

Saya cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa penyebab utama kebangkitan ini adalah Sakho Ex Machina. Dalam bahasa latin, istilah Deus Ex Machina kurang lebih berarti sebuah karakter atau benda yang tiba-tiba masuk dalam sebuah cerita untuk memecahkan konflik atau masalah yang kelihatannya mustahil terpecahkan. Berarti, Sakho yang memecahkan segala permasalahan Liverpool.

Seorang teman menganggap cederanya sang legenda Steven Gerrard adalah kunci dinamisme permainan Liverpool saat ini. Argumen yang masuk akal. Seorang pundit menganggap ini adalah peningkatan performa secara kolektif dari tim. Bisa diterima.

Tetapi opini saya ini dapat memaksa banyak orang mengernyitkan dahi.

Kunci utama kebangkitan Liverpool adalah Mamadou Sakho. Biar saya tegaskan lagi. Mamadou Sakho. Playmaker terselubung dalam tim bernama Mamadou Sakho. Ya, bek yang terlihat sangat canggung saat menerima bola. Bek yang dituding sebagai bom waktu pertahanan. Bek yang acap kali terpeleset saat berlari di atas lapangan hijau.

Biar saya jelaskan argumen saya ini.

Selama rentang waktu antara awal September hingga akhir Desember, kesebelasan dari kota Liverpool ini terjun bebas hingga titik nadir. Kekalahan-kekalahan tak terduga memelorotkan posisi runner-up tahun lalu ini ke papan tengah. Kekeringan gol bahkan terjadi di Anfield, di mana musim lalu tim seperti Arsenal takluk 5-1. Kesulitan mengalirkan bola ke depan disinyalir menjadi penyebab utama krisis ini. Sakho adalah orang yang berjasa membereskan permasalahan ini. Bagaimana?

Tak bisa ditawar lagi, salah satu atribut paling vital yang harus dimiliki seorang bek tengah sepakbola modern adalah kemampuan passing jarak dekat maupun jauh yang mumpuni. Para bek hoofball merchant alias tukang buang bola ke depan sudah tak lagi relevan bagi taktik saat ini (maaf jika fans Jamie Carragher tersinggung).

Saya ingat beberapa waktu lalu sempat berbincang dengan kawan lama seorang penikmat sepakbola yang menggilai Chelsea sebelum pertandingan melawan Liverpool. Berhubung saya kepo tentang pandangan suporter sebelah mengenai tim kesayangan, saya langsung menanyakan pendapatnya tentang cara terbaik mengeksploitasi pertahanan Liverpool.

Ia menghujani saya dengan gelontoran kalimat terperinci mengenai kelemahan-kelemahan pertahanan Liverpool yang bisa dimanfaatkan Jose Mourinho. Satu kata yang sering dilontarkan mulutnya adalah nama seorang bek timnas Prancis yang menjadi kapten tim PSG pada usia 19 tahun, Mamadou Sakho.

Sakho, Sakho, Sakho. Nama itu akrab di telinga kita sebagai scapegoat populer yang diajukan pundit maupun suporter sendiri sebagai               biang kerok kekalahan dan kejebolan Liverpool. Mengapa? Teman saya yang penggemar berat Chelsea itu ngomong sama saya, “Kapanpun pemain di sisi kiri pertahanan Liverpool bawa bola, tekan dia. Pressure ketat bisa membuat orang itu kehilangan bola dengan mudah. Saat membawa bola, Sakho terlihat seperti Hafthor Bjornsson (aktor dan atlet angkat beban yang memiliki tinggi 206 cm) menari di atas danau es. ”

Taktik yang terdengar simpel dan mudah diaplikasikan. Namun pada kenyataannya, Sakho menjadi pemain dengan akurasi umpan terbaik Liverpool malam itu dengan angka 92%. Martin Skrtel mungkin memiliki rataan akurasi umpan yang sedikit lebih tinggi dari Sakho, tetapi statistik sering berbohong. Martin Skrtel menyukai sideway pass yang memiliki jarak tempuh lebih sedikit, sementara Mamadou Sakho adalah ahli forward pass pendek yang menginisiasi serangan.

Apa dampaknya? Bisa anda lihat mengapa Alberto Moreno dan Phillippe Coutinho kembali bersinar meski sempat meredup sejak September hingga Desember. Berada di sektor kiri pertahanan tiga defender, Sakho mengandalkan kaki kirinya untuk memberi umpan rendah namun jauh kepada kedua pemain ini. Berbeda dengan umpan lambung yang mudah dipatahkan dan direbut para defender bertubuh tinggi, servis dari Sakho ini sangat mudah diterima oleh pemain bertubuh kecil seperti Moreno dan Coutinho.

Hasilnya, kedua pemain dengan ofensivitas tinggi ini dapat langsung memulai serangan karena ketertarikan pemain lawan untuk menekan Sakho memberi ruang leluasa di depan.

Jika ia suka memainkan umpan rendah ke depan, mengapa para pemain lawan kesulitan memotong bola darinya? Di sinilah kemampuan spatial awareness Sakho bersinar. Ketelitiannya dalam mengamati ruang pemain lawan yang berpotensi melakukan intersepsi menolong efektivitas umpan-umpan itu. Jika pun terpaksa, Sakho dapat menunjukkan fleksibilitasnya dalam mengumpan dengan melontarkan bola diagonal ke sisi kanan yang saat ini dikuasai Jordon Ibe dan Adam Lallana.

Masih tidak percaya dengan pengaruh besar Sakho di lapangan?

Tonton saja laga antara Southampton dan Liverpool di mana Sakho tak dapat tampil karena cedera. Meskipun menang 0-2, begitu tampak kesulitan Liverpool mengalirkan bola dari lini pertahanan karena saat berada dalam possession, bola hanya beredar di sekitar Emre Can – Martin Skrtel – Dejan Lovren. Bermain direct menggunakan operan tinggi pun sia-sia karena lini depan saat itu bertumpu pada Raheem Sterling, yang jelas akan kalah berduel dengan Jose Fonte atau Maya Yoshida. Di sinilah peran pemain seperti Mamadou Sakho diperlukan.

Pertandingan serupa dengan hasil berbeda terjadi di Ataturk Stadium, Turki. Kesukaan Dejan Lovren melemparkan bola ke depan dengan buta mengakibatkan mandeknya laju serangan tim ini.

Tetapi bagaimana dengan gaya berlarinya yang kikuk dan tidak elegan?

Bah, mengapa harus memikirkan hal itu? Tentu saja, pemain sepakbola, layaknya para petarung UFC, memiliki stance bermain yang berbeda-beda. Tak penting bagaimana mereka bermain, yang penting adalah bagaimana pekerjaan dilakukan dengan baik. Memberi kontribusi bagi jalannya permainan.

Seorang jenderal perang Union dalam perang Sipil di Amerika Serikat, Ulysses Grant, sempat mendapat pertanyaan atas kemampuannya memimpin dikarenakan fakta bahwa dia adalah seorang alkoholik berat. Pada zaman itu, seorang alkoholik mendapat stigma sangat buruk di masyarakat. Mereka dianggap pendosa, bermental busuk.

Lalu bagaimana seorang pemabuk dapat memimpin sebuah pasukan tentara dalam perang? Abraham Lincoln yang menjadi pemimpin Union pada saat itu mengenyahkan tuntutan Kongres pada Grant dengan perkataan enteng. “I cannot spare this man. He fights!” Hasilnya, Grant memenangkan Union dan pada akhirnya menjadi presiden Amerika Serikat dalam jumlah periode kepemimpinan yang sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Jadi, saya tidak peduli orang bicara bahwa Sakho gampang terpeleset, Sakho kikuk, Sakho canggung, Sakho bikin fans jantungan, seperti Lincoln tidak peduli orang bilang Grant pemabuk berat, Grant pendosa. Ia memiliki peranan penting dalam tim terlepas dari kuda-kuda yang aneh, yang mana kadang membuat saya sendiri tertawa terpingkal-pingkal.

Sayangnya, masih saja banyak Kopites yang menghujat Sakho di media sosial. Jika di hadapan saya masih ada penggemar Liverpool yang masih menuntut Rodgers untuk menempatkan Sakho di bangku cadangan saja, saya akan berteriak padanya, “Rodgers cannot spare this man. He contributes!”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline