Lihat ke Halaman Asli

Rosyid nurjudin

Mahasiswa IAIN Jember

Tetesan Keringat yang Tak Diingat

Diperbarui: 13 April 2020   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikumwr wb
Penulis disini akan menceritakan sedikit tentang perjuangan seorang guru. Profesi ini mempunyai tanggung jawab yang sangat berat dan penuh kesabaran dengan gaji yang tidak sepadan. Membimbing, mendidik, mengajari anak/siswa yang bukan anaknya sendiri jika ada kesalahan pasti akan disalahkan tanpa mengingat apa yang dilakukan seperti kasus pelaporang seorang orang tua melaporkan guru karena ada kesalahan yang padahal demi kebaikan anak/siswa yang ia bimbing. Pengorbanan yang banyak dilakukan banyak orang tidak menyadarinya yang hanya menganggap sebelah mata. Tanpa adanya beliau kita tidak akan bisa menjadi apa-apa. Bekerja kadang menghiraukan rumahtangganya demi kita tapi banyak yang tidak menghargai itu. Meninggakkan anaknya saat tidur dan pulang ketika anak sedang tidur. Bekerja saat sekarang ini padahal wabah /vitus dimana-mana sedangkan kita tidak ada pengorbanan sama sekali kepada yang berkorban kepada kita. Tidak ada orang sukse tanpa adanya guru. Kurangnya rasa penghargaan, kurangnya rasa terimakasih kepada guru itulah ironi yang tercermin dalam pendidikan diindonesia ini. Mengahargai tidak usah memberikan apa-apa, hanya dengan menyapa dan salim saat bertemu guru itu sudah hal luar biasa. Tapi sekarang banyak orang sukses lupa dengan orang yang menjadikan dirinya sukses seperti kacang lupa kulitnya.
Jika saya dan teman-teman banyak mempunyai kesalahan pada guru kita segera meminta maaflah dan jika bertemu dengan guru menyapa kepada beliau sebagai bentuk rasa hormat atau salim jika kondisi memungkinkan.
Sekian artikel ini saya buat kurang lebihnya mohon maaf. Boleh komen dikolom bawah untuk memotifasi saya dalam membuat artikel yang lebih baik lagi.
Wassalamualikum wr wb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline