Lihat ke Halaman Asli

Hasil Penelitian

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WALLAHU A'LAMU BIS SHOWAAB

HASIL PENELITIAN DI SUNAN AMPEL SURABAYA

PADA HARI SABTU,

TANGGAL 09 JUNI 2012 M

PADA PUKUL 08.00 PAGI SAMAPAI 11.00 SIANG

NAMA KELOMPOK :

1.Fatiya Rosyidha (A02211011)

2.Uun Faridah  (A02211031)

3.Mas Hauqil (                     )

4.Edi Junaidi (A02211010)

5.Miftahul Jannah (A02211018)

RANGKUMAN :

SUNAN AMPEL (RADEN MOH.ALI RAHMATULLOH)

Nama Aslinya                  : Mohammad Ali Rahmatulloh

Wafat                              : 563 M

Berasal dari                     : Campa, yaitu kerajaan islam yang sekarang ikut kerajaan Muang Thai bagian selatan. Sampai sekarangpun penduduknya masih taat beragama Islam.

Datang ke Jawa               : Pada tahun 1421 M untuk mengganti Malik Ibrahim yang wafat th.1419

Suku Asli                         : 1. Arab 2. Madura

Punya Istri 2                    : * Istri Pertama :1. Nyai Condrowati binti Raja Brawijaya, dan mempunyai anak 5, diantaranya :

1.Siti Syari’ah (Istri sunan Kudus)

2.Siti Mutmainnah (Istri Sunan Gunung Jati)

3.Siti Khafshoh (Istri Sunan Kali Jaga)

4.Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Istrinya namanya Dwi Hirroh dari Madura.

5.Raden Qosim (Sunan Drajat Sedayu), Istrinya Dewi Hasanah dari Cirebon.

* Istri Kedua : 2. Nyai Karimah, Kembang Kuning, dan dikaruniani 2 orang anak yaitu :

1. Dewi Murthosi’ah (sunan Giri)

2. Dewi Murthosimah (Isteri R.A Fatah Demak

Peninggalan (di mkam)   : yang ditemukan hanya Lumpang, menurut orang-orang sebenarnya banyak sekali peninggalan Sunan Ampel, akan tetapi karena orang-orang pada zaman dulu menyembunyikan barang berharganya didalam tanah (di pendem), dan orang-orang  tidak berani menggalinya.

Makam                            : - kalau yang didalam untuk orang-orang penting,  seperti : Kiai, Imam, Penjaga makam, dll

- Kalau yang diluar untuk orang-orang biasa

Sumber air                       : ada didalam masjid

Pengunjung                     : Setiap harinya hampir 2.000 peziarah, tapi kalau hari-hari besar, seperti Pengajian Akbar, Haul, dll bisa mencapai 10.000 peziarah.

Sifat Sunan Ampel          : Beliau orangnya terbuka, beliau tak pernah membedakan pengunjungnya, beliau ingin makamnya dilihat oleh semua orang, baik dari muslim maupun non muslim.

RANGKUMAN DIDALAM MASJID AMPEL

Berdiri sekitar                  : 1421 M, sekitar 591  tahun yang lalu.

Nama                               : Masjid Ampel, dari bahasa Jawa (ngampil), atau Dikasih,karena masjid itu dikasih oleh kerajaan Majapahit dan dikasih 2 hektar . Dan dulu hanya sebuah mushola kecil.

Peninggalan                     : sumur, masjid

Sumur                              : umurnya sekitar 600 tahun’nan. Dan sumur itu tidak pernah kekeringan air, kira-kira 1 meter air sudah terlihat apabila dilihat daei permukaan atas, sumur itu dipercayai bisa menyembuhkan penyakit, dan juga dinyakini mempunyai kekuatan yang bisa membantu menyembuhkan penyakit.

Sumur dibuka                  : dibuka hanya hari-hari tertentu saja.

Rehabilitasi                      : 5x renovasi dari pemerintahan, dan rehabilitasi besar-besaran pada tahun 1990 . masjid yang lama umurnya sekitar 591.an kalau yang baru umurnya baru 10 tahun.nan

Masjid baru                     : dibuka hanya pada hari-hari tertentu, seperti :

·Hari jum’at (dipakai jum’atan)

·Untuk akadtan pernikahan

·Wisuda

·Haul

·Hadrah

·Istighosah

Arsitektur                        : Bangunan masjid yang lama tidak berubah sama sekali bentuknya, bangunan bercorak asli Indonesia dan tambahan dari Belanda,  karena pada waktu itu orang-orang Belanda ikut andil dalam membangun masjid. Kalau yang baru itu pelebaran dari Pemerintahan.

Progam penyebaran         : yang pertama kali dibangun adalah Masjid (Dulu Mushola), karena pada waktu itu untuk beribadah dan digunakan untuk Mengaji dengan sentri-santrinya, selain itu untuk pekumpulan-perkumpulan penting.

Kegiatan masjid              : *  Minggu legi : Khataman Al-Qur’an

*  Jum’at legi  :  Hadrah

*  Haul Sunan Ampel

- biasanya sunnat massal

- Pengajian Akbar, dll

Cara penyebaran              : Menggunakan wayang, memperkenalkan tahlil, slametan, dan menyatukan kebudayaan Jawa dengan Islam.

MBAH SHOLEH MAKAMNYA SEMBILAN

Profesi                             : Tukang sapu Masjid Agung Sunan Ampel, bila menyapu sangatlah bersih, sehingga orang yang sujud merasa tidak ada debu yang menempel di dahinya.

Alasan meninggal 9x       : karena ketika mbah sholeh wafat, dikuburlah dimuka masjid. Ketika masjid menjadi kotor, kemudian terucaplah kata Sunan Ampel : “Bila Mbah Sholeh hidup tentu akan bersih masjid ini”. Mendadak Mbah Sholeh ada di tempat Pengimaman masjid masjid sedang sedang menyapu. Beberapa bulan kemudian afatlah Mbah Sholieh dan dikubur disamping timur kuburannya yang dulu. Kemudian terucaplah Sunan Ampel seperti semula sehingga Mbah Sholih hidup lagi.  Setelah kuburannya ada 8, wafatlah Sunan Ampel. Beberapa bulan kemudian Mbah Sholeh meninggal, sehingga kuburannya sebanyak 9. Dan yang terakhir ada di paling Timur.

MBAH BOLONG (SHONHAJI)

Mbah Bolong                  : Adalah murid Sunan Ampel.

Letak makamnya             : dimuka Masjid Agung Sunan Ampel

Alasan Dijuluki (Mbah Bolong)          : pada waktu pembangunan masjid Agung Sunan Ampel, Shonhajilah yang mengatur letak pengimamannya. Setelah masjid jadi, teman-temannya meragukan letak kiblatnya, lalu bertanya : “Apa betul letak masjid ini?”

Kemusian Shonhaji melubangi dinding pengimaman sebelah barat, lalu berkata kepada teman-temannya : “lihat lubang ini Ka’bah dapat terlihat!”. Lalu orang-orang semua melihat ka’bah dilubang itu. Dan melihat Ka’bah dilubang itu. Setelah peristiwa itu Shonhaji dijuluki “Mbah Bolong”.

Oleh :

FATIYA ROSYIDHA

JURUSAN : HISTORY AND ISLAMIC CIVILIZATION

Abu Qohar Dachlan, Wali Sanga,( Surabaya : Panitia Haul Agung Sunan Ampel, 1989), hlm. 22-23

Fatiya Rosyidha, melalui Wawancara oleh bapak Juru Kunci di Makam Sunan Ampel, pkl.09.00

Ibid, h. 27

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline