Lihat ke Halaman Asli

Kebanggaan Bintang Kecil

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semilir angin menerbangkan serangkaian rambutku yang panjang. Udara yang sejuk menerpa wajahku dengan kesegaran alami nikmat alam ini. Namaku adalah Isti, seorang wanita yang baru satu setengah tahun yang lalu menikah dengan seorang laki-laki yang soleh dan berpendidikan. Dialah orang keempat yang teramat aku cintai selain Allah, Rosul, dan kedua orang tuaku. Aku sangat bangga dan bersyukur karena dapat memilikinya.

Kini aku dan Iman suamiku telah menunggu-nunggu karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada kami. Sekarang kami tengah menantikan kehadiran mutiara kecil yang akan menghiasi dan melengkapi kebahagiaan rumah tangga kami. Bulan ini merupakan bulan kesembilan dari umur kandunganku. Aku tak sabar ingin segera melihatnya lahir di dunia ini.

Hari ini adalah hari yang mendebarkan dalam hidupku, hari dimana mutiara kecil kami akan segera lahir. Iman suamiku selalu menyuport ku ketika ku sedang berjuang untuk melahirkan buah hati kami, dia berada disampingku dengan memegang tanganku serta tidak lupa berdoa untuk keselamatanku dan buah hati kami.

Sekarang buah hati kami telah lahir dan sedang melakukan pemeriksaan kesehatan. Aku mengusulkan untuk memeriksakan kesehatan buah hati kami, karena teringat pada masa laluku yaitu aku pernah mengalami keguguran. Sehingga aku kini mengkhawatirkan kesehatan anak kami.

Kami mendengar kabar bahwa buah hati kami terlahir dengan sehat, akan tetapi dokter mengatakan bahwa ada ketidak berfungsian pada salah satu anggota tubuh anak kami yaitu tidak berfungsinya mata. Kami seketika sedih namun apa daya itu bukanlah kehendak dari kami, itu merupakan kehendak dari Allah SWT. Dan kami tetap menerima buah hati kami dengan  ikhlas da gembira, karena ia merupakan amanah yang dititipkan Tuhan kepada kami. Aku dan suamiku percaya bahwa anak kami adalah anugerah terindah yang pernah kami miliki dan ia akan tumbuh menjadi putri yang hebat suatu saat nanti.

10 tahun kemudian

Aku sanggat bangga terhadap putriku Nabila karena dia telah berhasil mendapatkan juara olimpiade matematika tingkat Nasional. Meskipun ia mempunyai keterbatasan fisik namun semangat belajarnya tidak pernah pupus. Teringat suatu ketika ia bertanya berbagai hal mengenai angka-angka ketika masih kecil. Ia selalu menanyakan hal sederhana namun terkesan sangan sulit untuk menjawabnya, seperti: “mama, kenapa satu ditambah satu kok bisa dua????”. Dari situlah kemudian aku membelikannya buku-buku tentang matematika untuk menjawab pertanyaannya tersebut.

Dari sanalah aku melihat bahwa ia sangat tertarik dengan matapelajaran yang berhubungan dengan angka-angka seperti matematika tentunya. Dan aku dan suamiku tidak pernah melarangnya untuk belajar sesuatu yang menurut kami pun itu sangat sulit, namun nabila sanagtlah antusias dalam mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan angka.

Pernah suatu ketika gurunya datang menemui kami untuk berbicara tentang Nabila. Ia berbicara dengan penuh semangat dan kekaguman akan kemampuan yang dimiliki buah hati kami mengenai kemampuan nabila dalam hal matematika. Sehingga beliau meminta nabila untuk mengikuti olimpiade nasional untuk mewakili sekolahnhya dan beliau percaya bahwa nabila sanggup untuk mendapatkan juara dalam olimpiade matematika tersebut.

Sekarang hal itu telah terbukti, nabila putri kami telah berhasil membuktikan kepada dunia bahwa keterbatasan yang dimilikinya tidak membuat semangat belajarnya luntur. Bahkan dengan keterbatasannya itu, ia mampu bangkit dan bersinar layaknya bintang yang bersinar indah di malam yang gelap. Aku dan suamiku sangat bangga terhadap anugerah yang Allah berikan kepada kami. Tak luput kami bersyukur dan meneteskan air mata bahagia akan keberhasilan yang diraih Nabila.

“Sungguh tak ada di dunia ini yang diciptakan Allah dengan sia-sia, semua pasti ada manfaat dan anugerah terindah didalamnya jika kita selalu mensyukurinya”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline