Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Bapak Rumah Tangga

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sulitnya mencari pekerjaan dewasa ini berimbas pada perubahan peran pria dan wanita, termasuk dalam keluarga.

Teman kami, sebut saja bernama Santi akhirnya membuat dirinya menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.  Apa boleh buat, suami Santi kena PHK karena pengurangan pegawai.
“Lebih mudah bagi seorang perempuan mendapatkan pekerjaan, ketimbang para pria.” kata Santi. Tentu saja.

Kebanyakan pemberi kerja harus menyantun keluarga dari karyawan laki-laki. Tidak demikian dengan karyawati. Jarang perusahaan menanggung pekerja wanita beserta suami dan anak-anaknya. Maka sejak Santi bekerja, peran dalam rumah tangga berubah.

Ayah yang Mengurus Rumah

Karena Santi bekerja di sekolah anak-anaknya, jam kantornya mulai pukul 7. Setiap hari Santi tetap bangun pukul 4.30. Dia memasak untuk sarapan dan makan siang. “Sebagian bahan sudah saya siapkan malam hari. Jadi paginya bisa dikerjakan lebih cepat,” katanya menjelaskan. Sedangkan Arman, suaminya membantu anak-anak bersiap sekolah.

“Arman mengantar kami setiap hari ke sekolah, kemudian dia pulang dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga,” Santi melanjutkan. “Suami saya menaruh pakaian kotor ke mesin cuci otomatis. Nanti agak sore ada pembantu yang pulang hari membantu menggosok, mengepel, dan membersihkan dapur. Untung saja Arman suka beres-beres halaman, jadi bagian luar rumah selalu rapi.

Pukul 11 Arman menjemput si kecil, kemudian mengajaknya main. Saya pulang dengan si besar dan sampai rumah sekitar pukul 4 sore. Kalau diperlukan saya mampir ke supermarket untuk membeli keperluan dapur atau belanja bulanan.”

Pulang kantor Santi masak untuk makan malam, sedangkan suaminya main dengan anak-anak, mengantar les, atau membantu anak-anak mengerjakan PR. Kadang-kadang mereka makan malam di mal atau restoran dekat rumah.

Hari Sabtu dan Minggu mereka bisa lebih santai. Setiap Sabtu pagi mereka ajak anak-anak bersepeda sampai ke Taman Kota, bertemu teman-teman gereja atau mengerjakan aktifitas kebersamaan yang lain.

Suami Tetap Pemimpin

Arman dan Santi tidak pernah berpikir keadaan jadi terbalik. Tetapi dalam pernikahan suami dan istri memang harus bersiap menghadapi segala kemungkinan terburuk. Menurut Santi, hal ini pernah mereka bicarakan sebelum menikah walaupun pada kenyataannya banyak sekali penyesuaian baru pasca PHK, yang harus dijalani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline