Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin agak sedikit terlalu awal untuk mengucapkan selamat datang.

Sesi kemas-mengemas semua barang yang akan kubawa bersamaku selesai. Hasilnya, satu koper besar, dua tas-pulang-kampung berisi baju-baju, alat elektronik, juga segala macam bentuk keperluan Orientasi Perkenalan Kampus sudah terbungkus rapi. Aku masih merebahkan diri di kasurku malam ini. Sejenak bersandar di sudut kamar, mengenang apa saja yang sudah kulewati sepanjang tarikan nafasku hingga kini di sini, ah, rasanya berat untuk pergi.

Dulu, aku begitu menginginkan ini. Meninggalkan kotaku, menimba ilmu di kota sebelah, bukankah harusnya menyenangkan? Kupikir begitu, sampai akhirnya aku tiba di titik ini. Aku bahkan belum sanggup membayangkan apa jadinya aku sendirian di sana, tanpa Mama. Ya, baiklah, aku tampak seperti anak manja yang menggeru-geru minta dipangku. Namun, kenyataannya, akan segera hidup tak ditemani Mama adalah yang paling membuatku sedih.

Teringat satu bulan lalu ketika aku melompat kegirangan membaca namaku tertera lulus. Meskipun bukan yang aku inginkan, aku masih yakin Tuhan memberikan apa yang sungguh-sungguh kubutuhkan. Ya, setidaknya aku bisa melihat guratan bangga di wajah mereka. Papa dan Mama. Walau bukan hasil terbaik yang bisa kuberi, aku tahu, mereka agaknya cukup puas. Kurasa itu kekuatan terbesar yang kumiliki untuk tetap bertahan sekarang. Aku belum berani memberi janji-janji mengagumkan. Tapi, aku sanggup untuk berjanji aku akan berusaha dengan seluruh ragaku agar jadi yang terbaik.

Kamarku.

Tempat paling nyaman di bumi ini. Seekor singa pun kukira enggan meninggalkan sarangnya. Hidup tak melulu tentang sesuatu yang nyaman, bukan? Tak ada orang besar yang tak meninggalkan zona nyamannya. Karena, tak ada hidup yang nyaman, begitulah kata-kata dari seseorang yang terngiang di benakku hingga kini. Aku hanya bisa meminta di dalam doaku semoga ini awal yang baik. Aku mampu melakukan apa pun sendiri tanpa Mama–tentu harus, aku sudah delapan belas tahun!–, kegiatan pendidikanku berjalan mulus, dan aku harus jadi penulis.

Kemungkinan besok siang akan jadi perjalanan emosional yang panjang. Kuharap menyenangkan.

Jadi, selamat datang dunia perkuliahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline