Lihat ke Halaman Asli

Kritik terhadap Realisme dan Dinamika Kekuasaan: Benarkah Negara adalah Satu-satunya Aktor yang Paling Penting?

Diperbarui: 29 September 2024   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam ilmu hubungan internasional, teori realisme telah lama menjadi lensa utama untuk memahami dinamika kekuasaan global. Realisme memandang bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional dan berfokus pada perebutan kekuasaan antar negara dalam sistem yang dianggap anarkis dimana tidak ada aktor yang berada di atas negara. 

Namun, dalam dunia yang semakin kompleks, teori ini sering di kritik karena dianggap terlalu sempit. Kritik terhadap realisme mencakup munculnya aktor-aktor non negara seperti organisasi internasional dan perkembangan isu-isu global. Lalu, apakah kemudian negara masih bisa dikatakan sebagai aktor paling penting dalam dinamika kekuasaan saat ini?

Realisme dan Fokus pada Negara

Dalam teori realisme, yang populer dalam kajian hubungan internasional, negara digambarkan sebagai entitas yang rasional, berdaulat, dan memiliki tujuan utama untuk bertahan hidup dalam sistem internasional yang anarkis. Menurut pandangan ini, setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan kekuasaannya guna melindungi diri dari ancaman negara lain, militer dan kekuatan politik dianggap sebagai alat utama untuk mencapai kepentingan nasional. Pandangan ini memperlihatkan hubungan internasional sebagai ajang persaingan kekuasaan, di mana negara-negara berlomba untuk meningkatkan kekuatan militernya, mempertahankan kedaulatan, dan melindungi kepentingan nasional.

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, muncul berbagai kritik yang menunjukkan bahwa dunia telah berkembang ke arah yang lebih rumit, di mana aktor non-negara, isu-isu global, dan struktur ekonomi memiliki peran yang tak bisa diabaikan.

Munculnya Aktor Non- Negara

Namun, dunia saat ini tidak lagi didominasi oleh aktor negara saja. Seiring dengan globalisasi, kita dapat melihat munculnya berbagai aktor non negara yang juga memberikan pengaruh terhadap politik internasional.  Contohnya korporasi multinasional, organisasi non-pemerintah (NGO), kelompok advokasi internasional, bahkan individu-individu tertentu, kini memiliki kapasitas untuk memengaruhi kebijakan global dengan cara yang sama efektifnya dengan negara.

Perusahaan teknologi global, seperti Google, Facebook, dan Amazon, misalnya, memiliki kekuasaan ekonomi yang sangat besar, bahkan lebih besar dari banyak negara. Keputusan yang diambil oleh teknologi ini dapat memengaruhi politik, ekonomi, dan keamanan internasional secara langsung, menciptakan situasi di mana negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor yang dominan.

Selain itu, organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, atau International Monetary Fund (IMF) memiliki kekuatan untuk membentuk arah kebijakan global melalui regulasi, bantuan, dan sanksi. Organisasi memberikan tekanan pada negara negara anggota untuk mengadopsi kebijakan tertentu, menunjukkan bahwa kekuasaan negara tidak lagi mutlak.Negara-negara, meskipun tetap penting, tidak bisa sepenuhnya bertindak secara independen dari pengaruh lembaga-lembaga internasional ini.

Dinamika Global yang Berubah

Kritik lain terhadap realisme ini adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan isu-isu global yang kompleks dan lintas batas. Masalah-masalah seperti perubahan iklim, krisis kesehatan global, perdagangan internasional, dan terorisme tidak bisa diselesaikan hanya melalui pandangan negara sebagai aktor tunggal yang terlibat dalam perebutan kekuasaan. Isu-isu ini melibatkan banyak aktor yang beroperasi di berbagai tingkatan, baik nasional maupun internasional.

Perubahan iklim, misalnya, tidak dapat ditangani hanya oleh negara secara individu. Masalah ini membutuhkan kerja sama global antara negara-negara, perusahaan multinasional, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Dalam konteks ini, negara bukan lagi satu-satunya aktor yang relevan; sebaliknya, kekuasaan terdistribusi secara luas di antara berbagai aktor yang memiliki kepentingan dan kekuatan berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline