Lihat ke Halaman Asli

Tiga Puluh Lima Tahun yang Lalu

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga puluh lima tahun yang lalu
Jakarta, 8 February 2013

Kurekatkan jari jariku di jemari nya.
kami berdansa di pesta ini.
pesta pernikahan kami
aku letakkan kepalaku dibahunya..
rasanya masih sama

lagu linger dari cranberries yang dipilhkan Yana mengalun mengiringi langkah kaki kami yang sudah tidak sekokoh dulu lagi.
sungguh indah..aku masih tersenyum tak percaya

Aku menyebutnya tertunda..
karena memang begitu adanya
takdir telah membawa kami kembali bersama
tak pernah kami rencanakan
tak pernah lagi kami pikirkan
sekalipun di mimpi terdalam kami.
walau kami tak lagi muda
walau kami kini tak lagi belia.

kusentuh wajahnya dengan jari jariku
masih sama, hanya saja tidak lagi muda
dia tersenyum dan mencium tanganku yang menyentuh wajahnya.
dia tertawa ..sama seperti aku yang seolah tak percaya, tampak rona haru diujung matanya
dia meneteskan air mata
takdir telah kembali menyatukan kami
Jakarta, 29 January 2013

Tepat tujuh tahun yang lalu aku kehilangan mas Pram, lelaki yang kucintai
lelaki yang kunikahi
lelaki yang menjadi ayah terhebat bagi kedua putri kami
dia meninggalkanku dalam ketenangan dan kedamaian
sungguh aku ikhlas membiarkan dia pergi
sungguh aku rela dia bahagia disana
tak kuasa lagi aku mendengar rintihannya yang pilu,
tubuhnya habis dimakan penyakit itu..
walau mas Pram selalu tersenyum kepada kami
aku tahu dia menahan sakit yang luar biasa

Mas Pram dia imamku, dia cinta dalam hidupku..
aku bertemu dengannya tak kurang dari 32 tahun yang lalu
di bangku kuliah, dia datang membawa cinta dan kedamaian untukku
saat itu aku hanya anak daerah yang kesepian
hatiku hancur karena aku mencintai orang yang harus aku tinggalkan
tapi kehadiran Mas Pram yang merupakan kakak kelasku mengganti semua rasa itu
hingga aku yakin bahwa memang dia yang tuhan pilihkan untukku.

Bahtera yang kami arungipun penuh ridho dari Ilahi
kami dikaruniai Yana dan Yani yang sangat cantik, merekalah yang menjadi bidadari dalam hidupku
kini, disini aku duduk sendiri..
dirumah yang besar ini, hanya ada aku Yana dan ibuku yang sudah sangat tua

Aku kembali melipat kain pemberian Mas Rama, aku sedang mempersiapkan pernikahanku...
kali ini kucoba menutup kenangan tentang mas Pram
aku memeluk erat fotonya, air mataku menetes. aku hanya ingin kembali menikmati kebahagiaan itu mas...
maafkan aku, aku akan selalu mencintaimu suamiku...
Palembang 2 September 2012.

"Papa..ada telepon dari tante Ayu, ini pa..."

Tantra memberikan handphone itu ke ayahnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline