Pada tanggal 28April-2Mei, dilaksanakan studi ekskursi di Jakarta, Bandung dan Bogor yang mengunjungi beberapa tempat studi kami, salah satunya ditempat Yayasan Bina Sarana Bakti (Didirikan pada tanggal 07 mei 1984 oleh soerang birawan swiss yang bernama Pater Agatho Elsener). Agato fams ini dengan luas lahan 15ha dibagi menjadi dua tempat yaitu Yayasan Bina Sarana Bakti dan PT Agato Organis Agro yang dikelola oleh orang lain.
Yayasan Bina Sarana Bakti merupakan yayasan yang mendorong kemandirian petani-petani kecil disekitar lingkungan yayasan Bina Sarana Bakti. Dengan mengembangkan pertanian organis khususnya pada budidaya sayuran, pada awalnya pertanian organis menjadi fokus yayasan Bina Sarana Bakti dan diharapkan menjadi pusat informasi pembangunan karena pada saat itu Pater Agatho berpendapat bahwa pembangunan yang berjalan di Indonesia terbalik arahnya. Namun, karena kata pembangunan itu dianggap terlalu luas dan kurang jelas maka dipilih pembangunan pertanian yaitu pertanian organis. Mulai tahun 1987 seluruh lahan YBSB dimanfaatkan untuk pertanian organis, yang berarti pertanian yang mengikuti hukum alam, dimana segala bentuk asupan kimia sintetis( pestisid dan pupuk) dihentikan total. Sejak saat itu YBSB dikenal sebagai salah satu pioner pengembangan pertanian organis di Indonesia.
Tidak hanya dibidang pertanian saja yang dikelola yayasan dengan PT tersebut, mereka juga mengelola animal farming dimana mereka berternak bermacam hewan yang hasilnya memiliki banyak manfaat mulai dari daging, kotoran hewan tersebut. kemudian ditempat tersebut juga memiliki pepohonan besar dan bunga-bunga untuk bisa dijadikan tempat wisata adapun sungai yang aliran airnya dari pegunungan yang dijakan untuk PLTA dan juga pengairan untuk pertanian di Agato tersebut.
Pater ini berkeinginan untuk menjadikan tempat seluas 15ha ini dalam satu tempat memiliki berbagai wisata seperti pertanian, animal Farming, pengairan. Akan tetapi tidak semudah itu untuk membangun wisata sebesar itu karena membutuhkan proses yang lama dan juga banyak kendala yang harus dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H