Lihat ke Halaman Asli

Rosse Hutapea

Praktisi PR

UPH Beri Pelatihan Sekolah Siaga Bencana di 22 PAUD di Desa Ciwandan Cilegon Banten

Diperbarui: 22 Mei 2019   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim UPH dan peserta pelatihan SSB di PAUD Desa Ciwandan

Indonesia menempati urutan ke 36 dalam daftar negara rentan bencana alam dengan indeks resiko 10,36 (Sumber: World Risk Report 2018, Laporan Risiko Dunia 2018). Data ini dapat menjadi acuan untuk melakukan upaya-upaya preventif guna mengurangi resiko, baik dari pemerintah maupun masyarakat.   Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui edukasi. Upaya ini tentunya membutuhkan partisipasi banyak pihak, salah satunya institusi pendidikan.

Universitas Pelita Harapan (UPH) merespon kebutuhan utuk memberikan pendidikan siaga bencana melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan memfasilitasi program Sekolah Siaga Bencana (SSB). Kegiatan ini diinspirasi oleh kehadiran organisasi Happy Hearts Fund di Indonesia sejak 2013 yang berhasil memberikan dampak bagi pemulihan korban bencana alam melalui bantuan pendidikan baik fisik sekolah dan program pelatihan untuk guru dan siswa dalam mengantisipasi bencana.

Sekolah Siaga Bencana (SSB) merupakan upaya membangun kesiapsiagaan sekolah terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi. Menurut Unesco, terdapat beberapa tujuan utama membangun sekolah siaga bencana, yaitu :

1. Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanganan bencana;

2. Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah;

3. Menyebar luaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui jalur pendidikan sekolah.

Berangkat dari tujuan SSB, sekelompok dosen UPH yang dikoordinir oleh Dr. Rudy Pramono yang juga koordinator Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM UPH, mengadakan kegiatan pelatihan Sekolah Siaga Bencana di 22 Lembaga PAUD yang ada di Kecamatan Ciwandan, Cilegon, Banten, pada tanggal 13 Maret 2019. Kegiatan ini diawali dengan observasi lokasi dan riset literatur, untuk penyusun program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan di lokasi. 

Adapun lokasi yang tempat diadakannya pelatihan ini merupakan salah satu lokasi yang dekat dengan peristiwa tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 lalu. Peristiwa tersebut menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung, Indonesia, dengan menelan korban sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 terluka dan 23 orang hilang. Bencana ini masih membekas di benak masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Diantara para korban, anak-anak termasuk dalam kelompok yang paling rentan terhadap bencana baik dampak psikis maupun fisik.

Berangkat dari informasi tersebut UPH memfokuskan kegiatan sekolah siaga bencana untuk 22 institusi PAUD di sekitar desa di Kecamatan Ciwandan, Cilegon, Banten.  Mengingat sekolah adalah adalah pusat pembelajaran dan tempat belajar, merupakan hal yang tepat mempersiapkan anak-anak sejak dini untuk mempunyai kesiapan yang lebih tinggi dalam menghadapi kemungkinan bencana melalui kegiatan simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana. Oleh karena itu mempersiapkan para guru, siswa dan pihak lain terkait dalam mengenali potensi ancaman bencana dan melakukan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana merupakan suatu hal yang penting, agar dapat mengurangi kerugian terhadap dampak bencana serta dapat meningkatkan ketangguhan masyarakat. 

Dalam pelaksanaannya, tim UPH menggalang kerjasama dengan semua pihak terkait, mencakup kepala sekolah, guru, staf, dan orangtua siswa dan partisipasi aktif siswa. Pelaksanaan dilakukan dalam dua tahap, dimulai dengan memberikan pelatihan dan simulasi untuk mempelajari ancaman bahaya. Dalam tahap pertama ini siswa harus belajar, memperhatikan keadaan dan lokasi sekolah dengan bimbingan guru. Para guru, dan anak-anak PAUD diberikan penyuluhan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan ketika ada bencana di sekolah maupun di rumah,  dilengkapi gambar-gambar serta pemutaran video. Tahap kedua, simulasi menghadapi bencana, untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara-cara melakukan peringatan dini dan penyelamatan ketika terjadi bencana. Dalam sesi simulasi diadakan di luar ruang dengan metode role playing, dan permainan. Latihan simulasi ini untuk membentuk sikap, kebersamaan, kekompakan dan saling tolong menolong dalam melakukan penyelamatan bila terjadi bencana. Dalam latihan ini guru, staf ataupun orang tua turut membimbing.

Simulasi evakuasi saat gempa di PAUD Widuri Desa Ciwandan

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline