Matematika mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan berpikir manusia. Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika memegang peranan penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di satuan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, baik itu sekolah umum maupun kejuruan.
Salah satu tujuan dengan adanya pembelajaran matematika di sekolah yakni siswa diharapkan mampu menjadi manusia yang memiliki kemampuan berpikir matematis. Yang dimana kemampuan berpikir matematis ini cakupannya luas dan sangat dibutuhkan di abad 21 yang penuh dengan tantangan perkembangan zaman.
Apalagi sekarang sudah memasuki era society 5.0 dimana manusia menjadi komponen utama dalam berinovasi untuk meminimalisir kesenjangan atau masalah yang terjadi.
Sayangnya di Indonesia sendiri masih banyak dijumpai permasalahan dalam pembelajaran matematika. Masalah umum dalam pembelajaran matematika diantaranya rendahnya peringkat kemampuan matematika di ajang internasional yang sudah diadakan oleh PISA, rendahnya nilai matematika pada ujian akhir dibanding mata pelajaran lainnya, banyaknya miskonsepsi yang dialami siswa, dan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika.
Matematika sendiri merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan persentase jam pelajaran yang paling banyak dibanding mata pelajaran yang lain.
Ironisnya, matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai sebagian besar siswa. Bagi mereka pelajaran matematika cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati bahkan kalau bisa dihindari. Masalah tersebut bukan hanya stigma, melainkan realita yang ada.
Ketakutan yang dialami siswa ketika pembelajaran matematika tidak datang begitu saja, melainkan pasti ada penyebabnya. Dari mulai referensi bacaan (artikel, esai, dsb) hingga dosen yang mengajar penulis, menjelaskan bahwa memang rendahnya minat dan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika itu disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengemas dan menyajikan materi sehingga banyak siswa yang sama sekali tidak tertarik terhadap matematika.
Pasti bagi orang yang awam terhadap dunia pendidikan akan bertanya "kenapa harus guru yang disalahkan? Kenapa tidak siswa itu sendiri, 'kan motivasi belajar itu tergantung pribadi masing-masing?". Untuk menjawab pertanyaan itu penulis akan sampaikan pernyataan dari dosen penulis, beliau mengatakan "Tidak ada yang salah dari siswa-siswa yang tidak menyukai matematika, yaa karena mereka tidak tahu apa-apa.
Mereka hanya mendapatkan ilmu, mendapatkan pengetahuan, mendapatkan pengalaman berdasarkan apa yang mereka terima dari guru yang mengajar. Jadi, guru yang harus memperbaiki dan berusaha mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut setidaknya siswa merasa senang dan bergairah dalam pembelajaran matematika."
Hingga saat ini guru-guru, para peneliti, tokoh pendidikan, dan akademisi berupaya untuk mereformasi pendidikan matematika agar ada peningkatan kualitas pembelajarannya baik itu melalui metode pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan, atau bahkan media pembelajarannya.
Oleh karena itu, guru sebagai pemegang kendali atas masalah ini harus ditingkatkan kompetensi dalam mengajarnya.