Lihat ke Halaman Asli

Densus 88 Dibubarkan? Berani....?!

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto:republika.co.id

Wacana pembubaran Densus 88 oleh LSM dan bebertapa tokoh politisi akhir-akhir ini karena sesuatu hal kini semakin merebak, Tetapi beberapa hari ini kembali kita menyaksikan satu percobaan tindak kekerasan. Seakan membukakan mata awam kita, puluhan preman bersama tokoh pemuda timor Herkules ditangkap oleh Resmob Polda Metro Jaya dua hari yang lalu. Dari penangkapan ini, didapati Barang bukti berupa panah, puluhan golok, parang, senjata tajam dan bahkan senjata api.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="foto:dari berbagai sumber"][/caption]

Mari kita bayangkan bila barang-barang itu tidak terjangkau oleh pihak kepolisian dan tetap digunakan oleh pemiliknya sebagai alat kejahatan! Pastilah akan banyak korban di mana-mana, setidaknya rasa nyaman dan tentram kita tergadai oleh ketakutan dan kengerian terhadap sosok preman yang menebar terror dan ancaman di mana-mana.

Ini baru terror oleh preman. Bagaimana pula dengan terorisme yang meneriakkan jihad dengan menyalah gunakan agama semaunya sendiri yang pada akhirnya memakan korban jiwa puluhan bahkan ratusan nyawa melayang seperti pada peristiwa Bom Bali I, dan II?

Sudah mampukah masyarakat kita berdiri dengan tenang, penuh kedamaian dan cinta kasih tanpa adanya sebuah ‘alat’ yang bernama Densus 88 ?

Mampukah kita meredam dan menanganinya sendiri?

[caption id="" align="aligncenter" width="573" caption="foto:republika.co.id"][/caption]

Seandainya wacana Densus 88 dibubarkan benar-benar terwujud dan menjadi kenyataan, niscaya para teroris-teroris itu tak akan lagi merasa takut untuk berbuat teror karena mereka lebih leluasa dan bebas dalam berbuat, menebar ancaman dan terror di mana-mana.

Kita menjadi tidak bebas lagi berada di kawasan ramai seperti Mall, gedung-gedung yang identik dengan tangan-tangan luar seperti kedutaan-kedutaan dan franchise yang sering dijadikan target para teroris.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="foto:dari berbagai sumber"][/caption]

Apakah benar anda menginginkan Densus 88 dibubarkan dari Indonesia sedangkan selama ini merekalah yang terbukti dapat meminimalisir serangan dan ancaman para teroris itu??Jika yang menjadi alasan pembubaran adalah karena ditemukannya rekaman video interogasi dan penyiksaan yang diduga dilakukan oleh pihak densus 88.

Jika iya, maka kita bagaikan membuang jebakan tikus karena salah satu pengait jebakan tikus itu terkena karat dan menjadikan kita tak ingin lagi melihat jebakan tikus itu sedangkan ancaman tikus-tikus di dalam gudang itu sangat merajalela. Siapkah kita menghadapi kekacauan gudang padi dari serangan tikus?

Saya sempat melihat tayangan video itu di youtube. Sebenarnya, menurut pendapat saya selaku orang awam, tak ada yang salah dengan video itu. Orang yang dihadapi penginterogasi dalam video tersebut bukanlah orang biasa yang hanya dengan kata-kata lembut saja mau terbuka dan menjawab secara kooperatif apa yang menjadi pertanyaan para penginterogasi. Dengan bahasa dan perlakuan lembut pastilah mereka tak akan mungkin bersedia menjawab pertanyaan.

Jika mereka harus mendapat kekarasan dalam proses pengembangan dari kasus terror mereka, sepertinya syah-syah saja mengingat mereka pasti akan tutup mulut dan bungkam jika diperlakukan dengan sangat halus. Mari kita kembali mengingat dan membayangkan kembali akibat dari perbuatan terror mereka. Sanggupkah anda melihat, menyaksikan saudara-saudara anda, teman-teman anda, menjadi korban dari bom yang sengaja ditanam oleh para teroris?

Sebagai masyarakat kecil dan awam, saya sangat berduka dan meyesalkan jika wacana pembubaran densus 88 ini benar-benar terjadi.

Maka kita bagaikan gabah atau beras di dalam gudang yang cepat atau lambat akan rusak atau habis dimakan tikus karena tidak adanya jebakan tikus yang membasmi tikus-tikus itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline