Lihat ke Halaman Asli

Rosmawati

Rosmawati

Jurnalisme di Bawah Kepungan Digital Saat Ini

Diperbarui: 17 Desember 2022   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jurnalisme di bawah pengepungan digital yang membahas cara-cara kompleks dimana era digital, telah mengubah jurnalisme dari memfasilitasi bentuk bentuk baru serangan terhadap jurnalis, hingga mengubah seluruh modal bisnis media berita hingga membentuk kembali hubungan dengan khalayak. Konsekuensi ini ditambah dengan efek bencana dari pandemi covid-19 yang menjadi Ancaman eksistensial bagi media baik untuk kepentingan publik bebas dari kepentingan politik bisnis atau pribadi dan perwakilan semua komunitas.

Lalu seperti apa kepungan yang dimaksud ? Bagaimana perbedaan antara jurnalisme sebelum dan setelah digitalisasi ? 

Perbedaan jurnalisme sebelum era digital dan saat ini. Informasi biasa dahulu itu didapatkan dengan ekstra. Menyambangi narasumber dan informasi hanya didapatkan dengan mudah hanya dengan memantau akun media sosial pejabat publik atau kemudian akun media sosial lembaga pemerintahan, dan jurnalis bisa hanya berada di depan komputer kemudian memantau perkembangan konferensi pers secara online. Itu yang menjadi titik positif yang membedakan antara jurnalistik konvensional dengan jurnalisme saat ini. 

Namun konfirmasi tetap dibutuhkan sehingga meskipun semua serba tersedia di dalam platform online, konfirmasi secara langsung kepada yang bersangkutan itu masih penting dan itu menjadi kebutuhan secara kode etik.

Masyarakat zaman sekarang lebih cenderung mengakses media digital daripada konvensional seperti TV, Radio atau media cetak. Lalu bagaimana supaya media konvensional ini bisa tetap eksis di era digital saat ini ?

Digitalisasi itu akan sulit kita hindari, jadi mau tidak mau, memang media harus beradaptasi dengan konteks yang ada. Kita tidak bisa mempertahankan yang memang harus masyarakat ketahui. Media harus ditantang untuk merubah dirinya menjadi cinta makanya kemudian banyak juga media digital yang juga menjadi tantangan kalau misalkan media-media konvensional yang harus tetap eksis. Misalkan konten berkualitas itu tidak ada matinya mau itu dalam platform digital, ataupun misalkan dalam visi ketika konten-konten berkualitas jurnalistik yang di mana itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, dimanapun itu platformnya itu tetap dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tekannya adalah bukan bagaimana mempertahankan media baru konvensional tapi bagaimana kita menjaga jurnalisme berkualitas tetap eksis jurnalismenya dan harus kita jaga agar ini tetap hidup digital dan konvensional.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline