Alhamdulillah, Kami dan Kita semua gembira juga bahagia pada akhirnya berjumpa 1 Syawwal 1441 H.
Lebaran tiba . . . .
Bisa berkumpul dalam skala yang relatif kecil.
Kami, dan kita semua sejak bulan Maret mencoba taat juga patuh dengan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di rumah saja itu sesungguhnya perjuangan yang maha berat.
Bagaimana tidak berat untuk keluar rumah musti berhitung dengan waspada. Jangan sampai lupa masker, sarung tangan dan hand sanitizer. Demikian selama bulan Ramadan protokolnya tidak berubah, penulis berusaha tidak keluar untuk kegiatan apapun. Mencoba berfikir rasional untuk bersabar menunggu waktu yang tepat. Namun pada akhirnya harus keluar juga untuk berbelanja.
Tiga hari menjelang lebaran memaksakan diri belanja ke pasar terdekat, Masya Allah . . . koq ? Ya Allah mereka seperti tidak sadar terkait berbagai anjuran pemerintah.
Rasanya ketika sampai di pasar terasanya kami di Bandung tidak ada pandemi apapun juga karena disamping banyak Ibu yang tidak menggunakan masker, tidak ada jaga jarak. Dramanya lagi berdesak - desak di pasar tanpa rasa takut, heran tapi nyata.
Penulis, menyelenggarakan lebaran seadanya putera / puteri yang berhasil kembali dari perantauan sebelum masa pemberlakuan PSBB khususnya di Bandung (Jawa _ Barat). Ada beberapa orang putera yang pada tahun ini tidak bisa bergabung bersama Bundanya demi sukses program pemerintah PSBB, diantara putera puteri Almarhum Ayah :
Putera kedua tinggal di Pamulang yang terhitung red zone, dia bersama isteri juga dua anaknya bertahan untuk tidak mudik agar semua selamat demi masa depan. Penulis maklum, semua kita kepingin selalu sehat dan menjemput masa depan yang lebih baik.
Puteri ketiga Mujahidah Raihanah bersama suaminya dan dua puterinya tinggal di Madura, iapun salah seorang tenaga medis di Bangkalan bertahan demi pasien - pasien yang terus datang bergantian. Memang kondisi ini adalah keadan luar biasa, tidak pernah terjadi keadan seperti ini dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Puteri kami, mengkhabarkan kalau dia baru bisa dapat cuti pada bulan Desember yang akan datang.
Putera kelima bertahan di Padalarang bersama isteri dan anaknya semata wayang bernama Pijar, sesungguhnya jarak kota Bandung dengan Padalarang itu relatif cukup dekat jika perjalanan tidak macet bisa ditempuh hanya satu jam saja. Demi taat pada aturan PSBB, kami semua berusaha tabah dan sabar demi kebaikan semua.