Film Laskar Pelangi akan abadi dalam kenangan para penonton dengan banyak alasan diantaranya karena kekuatan kisah dalam novel Laskar Pelangi karya perdana Andrea Hirata (2005) sangat Indonesia banget, kisah ini berbasis pada kehidupan masyarakat level bawah di Belitong.
Para penonton yang telah khatam membaca novelnya harus bersikap teramat bijak, karena keindahan novel dengan kata - kata yang agak ke - Melayu - melayuan tidak akan semuanya dapat di terjemahkan dalam bahasa visual (2008), meskipun seingat penulis ketika menonton dan saat ending menangis hingga dibawa sampai rumah.
Sesungguhnya penulis sangat terkesan terhadap penggarapan gambar, musik dan pemilihan tokoh - tokoh pemain dalam film ini yang dikomandani oleh Riri Riza, Mira Lesmana juga salut ataas kekompakan tim dalam proses penggarapannya.
Jika saja membaca novel karya Andrea Hirata dalam situasi yang tidak terdistraksi dengan kehidupan yang sangat berbeda jauh masa itu.
Maka dibandingkan masa kini, sesungguhnya cukup banyak menyisakan kesan mendalam tentang kehidupan anak manusia, kompleksitasnya bisa kita simak dari kehidupan para tokohnya seperti Ibu Muslimah yang diperankan dengan cukup manis oleh Cut Mini dan Pak Arfan, Ikal, Lintang, Syahdan, Sahara, Mahar A Kiong Kucai Borek Trapani.
Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel viral dijamannya dengan title yang sama yaitu Laskar Pelangi juga, mengajak kita semua sebagai penonton atau pembaca hendaklah memandang kemiskinan dengan cara lain dan berbeda bukan semata - mata takdir tetapi anugerah yang penting disyukuri paling tidak yang penulis tangkap bahwa murid Ibu Muslimah ditempa dengan optimisme yang tinggi.
Indahnya lagi bahwa semua murid Ibu Muslimah gemar memandang Pelangi bersama - sama, sesuatu yang rasanya tidak mungkin kaum millenials masa kini berlari ke Pantai bersama - sama mencari jejak Pelangi.
Mungkin ada jika dilacak ke anak - anak Pantai yang jauh dari hiruk pikuknya kehidupan masyarakat kota.
Giring Nidji Mempercantik Film Laskar Pelangi
Satu bait awal yang ditulis oleh Giring Nidji mewakili kondisi sesungguhnya kaum miskin di tengah hiruk - pikuk kehidupan yang materialis di wakili oleh para tokoh di Pabrik, ketika itu. Namun bagi penulis film ini bisa mewakili denyut nadi bangsa Indonesia setiap jaman.
Giring sangat berhasil menciptakan dan mengaransemen lagu ini, sehingga berasa akrab sekali untuk diulang - ulang kita nikmati bersama dan sangat cocok dilagukan untuk berbagai umur.