Gadis tangguh puteri Ayah dan Bunda lahir dengan kisah drama yang agak berlebihan meskipun sesungguhnya bukan rekayasa Kami berdua, ia lahir pada 9 Januari 1995M bertepatan dengan hari Rabu,
11 Sya’ban 1415 H.
Rencana Ayah dan Bunda melahirkan puteri ketujuh ini di Puskesmas Puter - Bandung yang menjadi langganan untuk melaksanankan persalinan dengan pelayanan prima harga super murah dan relatife tidak terlalu jauh dari tempat kami bermukim di utara kota yaitu Ciburial.
Di Puskesmas – Puter setelah petugas memeriksa kondisi Bunda, mereka merekomendasi agar kelahiran kali ini dipersilahkan menuju rumah sakit bersalin Hasan Sadikin dengan beberapa pertimbangan diantaranya riskan bagi puskesmas melaksanakan pelayanan persalinan anak yang ketujuh khawatir terjadi pendarahan dsb.
Bukan semata – mata faktor usia Ibunya saat itu, akan tetapi karena kelahiran anak ketujuh masuk dalam kategori resiko tinggi.
Maka Kamipun pada akhirnya dirujuk ke RS Hasan -- Sadikin Bandung dan si kecil lahir dengan timbangan 3,6 sedang gambaran panjangpun entah berapa, hanya itu yang tersisa dalam ingatan Bunda yang kini telah menginjak usia 58 tahun.
Keseharian Dalam Kehidupan
Dalam keseharian Kami sudah sangat terbiasa memanggil si kecil dengan sematan Dee dee (Didi) singkatan dari nama aslinya Raadiyyah Mardhiyyah Bunda bersepakat dengan Ayah menamainya mengambil dari potongan ayat Qur’an al Fajr (89) : 28
Harapan Ayah dan Bunda menyematkan nama tersebut pada sang bayi yang lahir paling jumbo dibandingkan dengan Abang / Kakak -kakaknya, agar ia hidup berhati – hati dan selalu berburu amal shaleh yang diridhai Nya sehingga keridhaan demi keridhaan – Nya melekat dalam kehidupan sejak lahir hingga wafat dan harapan itu untuk semua do’a kami ayah juga Bunda.
Nama panggilan tersebut di rumah melekat hingga kini #Didi, akan tetapi dia memiliki nama pena Rara Muhammad. Khusus saat gadisnya Ayah ini menuntut ilmu di kota Malang dan bergabung bersama Bolang - Kompasiana, nama Rara lebih melekat dan Bunda kadang celingukan dalam hati . . . saat semua rekan, teman dan sahabatnya di Malang memanggil salah seorang mantan mahasiswa jurusan bahasa Inggris (UNJ) ini dengan panggilan Rara.
Puteri cantik ini semakin besar hingga menginjak remaja dan kini sudah dewasa karakternya agak sedikit maskulin, pemberani tidak ada rasa takut misalnya ketemu ulat, cacing, tikus, anjing, tokek, cecak juga kecoa.