Suatu kemewahan yang luar biasa ketika Kami bisa menaiki satu demi satu tangga hingga sampai ke puncak Gardu Pandang Kaliurang dan menyaksikan hijau, biru juga abu -- abu pohon demi pohon sekeliling kaki Merapi yang mendung tertutup kabut yang issue santernya akan "meletus" (sungguh mengerikan j, semoga tidak akan terjadi)
Sejak 05.25 Ahad pagi 20 Oktober 2019 kami para Alumni Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 1977 -- 1982, meskipun hanya diwakili satu orang satu angkatan berusaha quality time dan berjalan santai dari penginapan yang jaraknya hanya sekitaran dua kilometer sehingga jika dihitung pp hanya empat kilometer pada udara segar hutan Kaliurang yang kaya aneka jenis tetumbuhan.
Kami berjalan sesuai irama masing -- masing, mantan mahasiswa dan mahasiswi yang sebagian rambut sudah pada memutih, jalanpun tidak secepat anak muda edisi millenials toh jika keletihan duduk sejenak di pinggir jalan ada batu, ada kios yang masih tutup atau apapun yang bisa kami pergunakan singgah sejenak agar bisa sedikit menarik nafas sebagai jeda kemudian lanjut menuju kaki Merapi.
Daerah Istimewa Yogyakarta, memang selalu istimewa bagi kami para alumni IAIN dan setelah melewati waktu sekian puluh tahun merambah Desa Hargobinangun, kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dengan spot utama menara gardu pandang yang sesungguhnya bisa kita rambah dengan sabar, tanpa tergesa -- gesa mengingat usia.
Sesungguhnya masih banyak spot menarik seperti Goa Jepang, Telogo Putri, air terjun Tlogo Muncar, museum Ullen Sentalu, akan tetapi waktu yang tersedia hanya kami sediakan satu malam saja.
Gardu Pandang adalah salah satu tujuan kami semua berdasar pilihan kordinator pertemuan yaitu Mas Hanani Naseh dan Mas Nawari Ismail, penulis sepakat dan merasa bahagia bisa berjalan bareng, tertawa, berkisah bahkan berlari -- lari kecil saat tertinggal karena harus mengambil gambar beberapa situasi atau obyek yang menari dibidik.
Kebahagiaan itu memang kami prioritaskan untuk bernostalgia berkisah tentang apapun mengingat -- ingat nama dosen mata kuliah apa, mengingat rekan seangkatan yang telah wafat atau bahkan menanyakan alamat siapa dan kenapa . . . semua tumpah ruah menjadi perbincangan yang tiada berkesudahan.
Pagi itu kami semua berusaha naik menuju gardu pandang yang berlantai dua dengan pintu besi tempa berwajah unik dengan setangkai bunga indah
Di kawasan gardu pandang terhampar aneka jenis tumbuhan memikat
diantara yang dominan adalah oleina si daun merah.
Si Pucuk Merah Oleina Kering Di Sepanjang Jalan Protokol Kota Bandung Juara