Salah satu masalah kita masyarakat Indonesia di manapun juga adalah budaya membuang sampah yang tidak memperdulikan lingkungan, sehingga kondisi acuh tak acuh terkesan menjadi budaya yang cukup memprihatikan.
Dalam kurun waktu tertentu pada akhirnya akan membahayakan bangsa ini secara tidak langsung dampak nyata adalah banjir musiman dibeberapa wilayah diantaranya setiap tahun wilayah Kabupaten Bandung pasti banjir hal ini terjadi karena perilaku buruk yang kita pelihara dalam kehidupan keseharian makhluk Bumi ini.
Sedih jika bencana pada akhirnya menimpa Kita semua dan penderitaan tidak bisa lagi dielakkan bagaimanapun caranya, sudah mah menderita terkadang malah yang ramai saling menyalahkan antara rakyat dan pemerintahan.
Sesungguhnya ada sebagian masyarakat yang faham dan mengerti yang kemudian berusaha untuk menanggulangi salah satu dengan cara mengurangi sampah plastik dari rumah tangga, jangan terlalu bergantung pada tas keresek dari penjual atau super market.
Membudayakan diri dan keluarga saat ke pasar atau super market otomatis sudah berbekal tas yang jaman dulu biasa digunakan oleh para leluhur yaitu tas belacu atau tas yang dibuat dari bahan bekas terigu yang direndam dahulu kemudian dicuci bersih.
Kecenderungan penulis mengambil kebijakan bagi putera dan putera yang hendak belanja dengan membekali mereka tas belacu atau tas yang terbuat dari bahan plastic ramah lingkungan yang juga bisa Kita beli di super market.
Mereka kadang menolak dengan alas an ribet, akan tetapi yang namanya pendidikan adalah pembiasan secara bertahap penulis mencoba menjelaskan pada putera dan puteri Kami pentingnya diet keresek (plastic) salah satu penyebab utamanya adalah menghindari atau mencegah banjir.
Salah satu hal yang Kami biasakan juga adalah jika dari toko atau super market atau pasar menggunakan plastic hitam, limbahnya biasa Kami gunakan untuk menampung sampah - sampah rumah tangga seperti sisa -- sisa sayuran selesai masak atau sisa -- sisa makanan yang tidak habis termasuk makanan basi karena over limbah rumah tangga inilah kami langsung menggunakan kantong plastic yang berwarna hitam untuk menghimpun sampah sedang plastic atau keresek yang berwarna putih, pink dan kuning atau biru transparan itu dilipat dan disimpan untuk di bawa ke pasar, sehingga para penjual tidak perlu mengeluarkan plastic yang baru.
Kita bangsa dan atau rakyat Indonesia selayaknya bangga terhadap Program PUPR yang menjadikan sampah plastic menjadi campuran aspal untuk pembuatan jalan sebagaimana sempat penulis ungkap dalam catatan berikut ini :
Karya Balitbang PU Teranyar Limbah Kresek Sebagai Campuran Bahan Aspal.
Tentu saja PUPR sangat peduli terhadap limbah plastic baik skala rumah tangga apalagi skala pasar -- pasar besar yang para pedagangnya tampak sekali sangatlah tidak peduli terhadap limbah atau sampah plastic, sehingga pentingnya proses penyadaran skala rumah tangga sehingga tidak menjadi malapetaka yang berulang -- ulang atau ketidak pedulian kita terhadap limbah plastic adalah cara menjemput kiamat yang paling enteng. Naudzubillahimindzalika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H