Bila kita saling sapa dan berkirim salam itu mah kan biasa apalagi sesama blogger ataukah kompasianer, yang diluar dugaan bagi penulis adalah saat saling pandang dan terpana di depan cermin itu hal yang langka dan diluar dugaan. Takjub.
Penulis menatapnya meyakinkan diri . . . iapun sejenak diam kaku menenangkan fikir menyakinkan penglihatan entah siapa yang memulai membuka kata, penulis telah lupa yang jelas ketika itu wajah wanita jawa asli tampak masih segar dan harum kendati usai bertoilet ria di mall Gandaria City.
Ketika kami saling berserobok wajah memang Bunda tengah bercermin merapihkan jilbab usai juga bertoilet ria, karena cermin full sebesar dinding yang tersedia terpasang berhadapan dengan pintu toilet sehingga siapapun yang keluar usai menunaikan kepentingan yang tak kan bisa ditunda, posisi Mbak Avy di belakang punggung.
Membalikan tubuh dan berpelukan cipika cipiki tanda surprise, senang, indah dan seribu kata yang tak bisa diungkap dan berjumpaan inipun hanya sekejap karena masing – masing hendak bersiap dengan acara yang berbeda.
Mbak Avy dan beberapa rekannya hendak berjumpa Presiden Jokowi dan Bunda hendak menjumpai Mbak Wardah Fajri berkaitan dengan persiapan acara Keluarga Kompasianer di pertemuan Akbar Kompasianival 2015.
Mbak Avy kali ini memang salah satu kompasianer yang menjadi titik perhatian mengingat salah satunya memiliki minat yang sama dalam hal tulis menulis, meskipun beliau udah senior namun sifat mengayominya terasa bagi lingkungan sekitarnya.
Jika kemudian Ladiesiana mengajukan request agar ladiesian menuliskan alasan kenapa Mbak Avy, bukan yang lain . . .
Buat Bunda semua Ladiesiana menarik untuk di kisahkan baik itu tentang Mbak Wardah Fajri, Mbak Fie Andini, Mbak Dahlia Yustina, Neng Usi Saba Kota Mbak Mike Reyssent, Mariam Umm, Muslifa Aseani . . . Mbak Indah Noing, Ibu Ngesti, Mbak Putri Apriliani oh iya Mbak Desol Desi semua penting dikisahkan.
Satu hal yang unik dari Mbak Avy karena Bunda salah seorang saksi yang melihat perubahan dirinya yang semula dikenal tanpa kerudung dan kemudian berjilbab . . . . Allahu Akbar seakan waktu itu jika toch bisa menjerit kalimat yang menandainya boleh di tuliskan “O . . . My God . . . O My God !”.
Bunda yakin prosesnya panjang dan terjadi pergulatan bathin ibarat petir menyambar, muncul angin puting beliung atau gemba Tsunami, yaa sudah lah . . . semoga Mbak Avy istiqomah ya . . . ( kami berdoa semua . . . )
Dan banyak hal bisa disodorkan disini tentang Mbak Avy asal dari Surabaya tentu saja dalam pandangan Bunda,
- Mbak Avy wanita jawa – Indonesia