Lihat ke Halaman Asli

Intan Rosmadewi

TERVERIFIKASI

Pengajar

Memperkenalkan Beras Kencur Pada Sang Puteri

Diperbarui: 13 Agustus 2015   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai sarapan di Warung Makan Puji  Ketapang Probolinggo karena terpampang besar tulisan Minuman Sehat Beras Kencur terbayang khasiat dan kesegarannya, maka coba membeli satu botol saja.   

Saat menjumpai putri yang menemani perjalan kali ini ; tampak wajahnya datar – datar saja saat Ibundanya dengan perasaan bahagia mengkhabarkan bahwa dirinya baru saja membeli satu botol beras kencur ukuran sekitar 400 ml untuk kami berdua agar kualitas kesehatan selama di kampung Ayahnya terjamin.

Tentu saja gesture tubuhnya terasa berbeda sekali disaat Bunda membeli minuman berlabel dengan kemasan – kemasan mentereng yang sekali minum langsung buang !! puteri – puteri kami akan merespon dengan pertanyaan standar : “Bund, ini buat siapa ?” dengan terjemahan tafsir bebas meriah maksudnya : “gue juga mau”.

Mencoba berfikir dan memahami diri sendiri, memang banyak sekali yang kurang pada diri Bundamu ini mengajarkan ilmu yang terbentang luas tanpa batas meskipun hal – hal praktis yang seharusnya putera – puteri kita telah mengetahuinya.

Jadi yang namanya beras kencur bagi kebanyakan puteri – puteri kita saat ini : “apaan . . . udah rasanya asing dan sedikit pahit plus aroma langu tidak bersahabat”.

Penulis merasa sangat salut atas pendidikan orang tua jaman dahulu yang sejak masih kecil dan menjelang remaja telah diperkenalkan minuman kesehatan secara bertahap diantaranya : kunyit asem, wedang jahe, wedang serai termasuk beras kencur dan wedang temulawak.

Pernah salah seorang puteri kami, mengeluh sakit pinggul dan pinggang menjelang haid, maka dianjurkanlah oleh sang Bunda untuk meminum kunyit aseum agar mengurangi kesakitan itu, dengan petunjuk lisan cara mengolah dan kemudian meminumnya.

Jangankan bergerak mengerjakan petunjuk demi mengurangi rasa sakit bahkan setengah menolak “akh . . . ngga enak, pahit”.

Cuma sebatas anjuran memang, seharusnya dan sebaiknya si emak membuatkan dan membudayakan minuman tersebut sehingga muncul kesadaran dan kecintaan membudi dayakan minuman pusaka leluhur tersebut.

Maka tidaklah aneh pagi ini, sang putri tidak terlalu antusias untuk bertanya dan bahkan sama sekali tidak terdorong untuk meminum beras kencur pembelian Bunda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline