Lihat ke Halaman Asli

Intan Rosmadewi

TERVERIFIKASI

Pengajar

Bersama Tim Kecil KBandung Mendaki 113 Tangga Membuka Jalur Alternatif Menuju Tebing Kraton,

Diperbarui: 6 Juli 2015   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara sedemikian dingin menggigit tulang belulang,  pagi itu Wardah Fajri - -meskipun tampak menggigil kedinginan ia berusaha menghangatkan tubuh dengan merentangkan juga menggerak gerakan kedua tangan seperti orang yang tengah melakukan warming up senam pagi Indonesia, ia dengan ringan dan trengginas menjadi penyemangat rombongan kecil KBandung yang terdiri dari Bang Aswi - - beserta kedua puteri kecilnya, Fajr Muchtar Susanti Hara Jv dan penulis di temani puteri ke empat Mujahidah Raihanah bergerak menanti kendaraan yang akan kami tumpangi menembus gelap ba’da shubuh di Utara Bandung. 

Tujuan utama memang menuju Tebing Kraton (Tekra) dengan arah yang berbeda dan tidak biasanya, mengingat dalam tim kecil kami ada Fajr Muchtar dialah menjadi andalan yang kami semua tidak ragu padanya.

Pada umum – nya pengunjung yang bermaksud menuju TeKra akan melalui jalur rutin yang biasa di lalui pelancong – pelancong domestik, dengan rute :

  • Tahura ( Taman Hutan Raya Ir. Haji Juanda ), Warnang ( Warung Nangka ) ; Warban ( Warung Bandrek ) ; Desa Ciharegem berakhir di TeKra.

Tim kecil KBandung dengan komandan goweser Bang Aswi kali ini akan membuka Jalur tempuh alternatif beserta sang motivator dari admin K Jakarta Mbak Wardah Fajri menyusuri :

  • Tahura ( Taman Hutan Raya Ir. Haji Juanda ), Warnang ( Warung Nangka ) ; Warban ( Warung Bandrek ) ; Desa Pasangrahan, Desa Baru Tunggul, Tanjakan 113 tangga - berakhir di TeKra.

Dengan kehumble – lan Fajar Muchtar kami bergerak menggunakan avanza silver diantara bebatuan dan rumput – rumput membisu diiringi obrolan ringan meninggalkan pondok, dingin Bandung Utara entah berapa derajat berasa menusuk tulang belulang Ibu sepuh semodel penulis.

Arah desa Pasangrahan, Baru Tunggul Tebing Kraton, sepengetahuan penulis belum ada yang menuturkannya dalam artikel berbentuk reportase atau mungkin life Style, jalur ini pun belum sempat penulis tempuh.  

Ya dengan sangat senang hati perjalanan ini kami mulai, membawa bekal ala kadarnya, kue kacang hijau (sadru) dan kue coklat produk rumahan dengan bahan dasar tepung terigu, telor dan mentega plus coklat, penulis yang telah berusia kepala lima plus empat tahun menjadi skala prioritas membawa termos kecil berisi teh tawar seukuran kira – kira dua gelas belimbing, sedangkan bagi yang muda – muda dan kedua puteri Bang Aswi kami siapkan beberapa jenis kerupuk camilan.  

Sesampai di desa Pasanggrahan penulis agak heran dan bertanya – tanya dalam hati saja, karena khawatir salah menduga, wilayah ini telah beberapa kali kami sambangi khususnya SD Pasanggrahan, karena Fajr Muchtar mencoba parkir di depan gedung, padahal itu akan terlalu jauh menuju trek awal perjalanan.

“Lho koq parkir dimari, masih jauh lho . . . sebaik – nya kita cari lapang yang berdekatan dengan rumah penduduk” penulis berkomentar dengan pertimbangan karena hari ahad, dipastikan sekitar gedung SD tidak ada orang dan ini resiko tinggi dalam hal keamanan kendaraan.

Fajr berkomentar pendek : “gitu ya . . .” mobil pun bergerak keatas menuju tanjakan demi tanjakan ke arah Baru Tunggul.

Sebelah kiri kami saksikan rumah – rumah penduduk yang relatif sederhana, meskipun yang sebagian kecilnya lagi tampak mewah, sedang dibelakang rumah adalah tampak jelas bukit – bukit dengan tumbuhan aneka jenis tanaman sayuran diantaranya tomat, kol dan lombok rawit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline