Lihat ke Halaman Asli

ROSITA

Reporter Koran kampus IPB University

Seni Mencari Ketenangan di Sawah

Diperbarui: 6 Juli 2023   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari ada seseorang yang mendengar bahwa dirinya dijadikan bahan gunjingan tetangga. Suara mereka terus mengelilingi kepalanya sampai rasanya akan pecah. Seolah-olah ia dijadikan penjahat dan pihak lain korbannya. Padahal ia hanya mengatakan 'tidak' pada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. 

Contoh di atas adalah sepenggal masalah yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat menolak sesuatu yang sudah membudaya di masyarakat, mereka menjadi tersisihkan.

Di zaman modern ini, kebanyakan orang mencari ketenangan hati melakukan terapi dengan berbagai cara, seperti menulis, mendengarkan musik atau pergi ke psikolog. Setiap orang pasti memiliki cara terapi versi terbaiknya, namun ada sesuatu yang tidak disadari oleh kebanyakan orang.

Di desa maupun di kota kehidupan amat keras dan harus menelan pahitnya kehidupan. Mari kita bercerita tentang kehidupan di desa. Bagi orang desa, bertani biasanya dinomor satukan. Mereka menanam apa saja yang bisa dimakan dan dijual. Setiap harinya  dihabiskan dengan bekerja di sawah atau ladang. 

Namun ada juga orang-orang yang tersenyum dan beramah tamah di hadapan kita ternyata tersenyum culas dengan orang lain di belakang kita. Banyak anak desa yang makan hati karena omongan tetangganya atau dibanding-bandingkan. Seseorang mengatakan bahwa orang-orang desa atau biasanya berisi kumpulan ibu-ibu tengah bergosip biasa terjadi setiap harinya adalah karena mereka tidak memiliki pekerjaan lainnya. Saat mengasuh bayinya di pagi hari, mereka akan berkumpul dan terjadilah sebuah dialog yang terus berkepanjangan. Tanpa mereka sadari hal tersebut  menjadi aktivitas sehari-hari.

Berbeda dengan orang desa yang menghabiskan waktunya di sawah dan ladang. Pikirannya terpusat pada tanaman, menyiram, memberi pupuk dan membuat aliran air. Mereka tidak terpikirkan bagaimana tetangga A yang anaknya sudah beranjak dewasa kini terlihat menor atau tetangga B ternyata jadi pelakor. Di sawah ada sebuah ketenangan. Lewat angin yang sayup-sayup menghampiri saat suhu sedang panas-panasnya, lewat makanan yang seadanya atau lewat hujan yang menyirami tanaman tanpa harus menyiram. Hal sekecil apapun terasa nikmat disyukuri jika berada di sawah.

Seperti stoisisme, di sawah kita hanya fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti mengurus sawah atau ladang. Semua hal yang terjadi di masyarakat bukanlah hal yang bisa dikendalikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline