Lihat ke Halaman Asli

Ni Luh Rosita Dewi

Youth Activis | Self Development

Idealisme Anak Muda Dalam Berpolitik, Haus Perubahan?

Diperbarui: 3 Oktober 2023   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syifa (20) menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Kota Depok, Rabu (9/12/2020)  | KOMPAS/AGUIDO ADRI

Belum lama ini kita cukup dibuat terkejut dengan masuknya putra bungsu Presiden Joko Widodo ke partai politik yakni Partai Solidaritas Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama PSI. Partai yang didominasi oleh anak muda ini membuat manuver yang cukup mengejutkan, tidak hanya mengumumkan Kaesang menjadi anggota baru PSI tetapi juga sekaligus mengumumkan putra bungsu presiden tersebut sebagai ketua umum PSI.

Fenomena ini memang cukup menarik untuk dibedah bersama. Kendati sudah banyak politikus senior yang menyeroti fenomena masukknya Kaesang sebagai Ketua Umum PSI, banyak diantaranya mengclaim bahwa PSI telah mencederai prinsip-prinsip kaderisasi dan rekrutmen politik yang baik. Berkembangnya, berbagai tudingan arah politik Jokowi pada Pemilu 2024. 

Tidak hanya itu, masuknya Kaesang juga dikaitkan dengan AD/ART partai PDI yang mengharuskan satu keluarga inti harus masuk dalam partai yang sama. Dengan santainya Kaesang menjawab bahwa keluarga intinya adalah sang istri, bukan ayahnya lagi. Masuk di akal bahkan secara legal, dalam kartu keluarga sekalipun keluarga intinya hanya terdiri dari ia dan sang istri. 

Menarik bukan? Ayah dan anak memiliki langkah dan preferensi pilihan politik yang berbeda. Tapi, sebelum terlalu jauh tentunya tulisan ini tidak sedang menyoroti aspek kehidupan pribadi Kaesang. Tetapi mencoba menyoroti bagaimana sesungguhnya idealisme anak muda dalam berpolitik yang hari ini haus akan perubahan.

Sudah sejak lama Indonesia mengalami krisis kepemimpinan "Pemimpin Muda" yang benar-benar paham apa kepentingan, harapan dan bagaimana bersahabat dengan anak muda. Hampir sebagian besar, mereka yang terjun ke politik hanya menyerukan dirinya akan mendengar anak muda, tetapi sesungguhnya mereka tidak benar-benar memahami apa saja aspirasi dan kebutuhan anak muda di masa depan.

Loncatan Selalu Piperlukan

Time for Change. Ilustration: pixabay.com

Dalam artikel-artikel saya sebelumnya, saya selalu konsisten mengatakan bahwa buta yang terburuk adalah buta politik. Maka sudah seharusnya anak muda turun tangan, salah satunya dengan masuk ke partai politik. Bukankah selama ini kita sudah sangat muak dengan pola politik konserfatif dan penuh dengan kepentingan kotor yang mengabaikan kesejahteraan masyarakat?

Tentunya, kritikan saja tidak akan bisa memutus rantai yang sudah berlangsung puluhan tahun tersebut, maka loncotan besar selalu diperlukan untuk mengubah haluan dan mempercepat perubahan untuk terjadi.

Dari fenomena ini, marilah kita menyoroti kejadian ini sebagai momentum untuk menegaskan keberanian anak muda dalam mengambil langkah. Meski banyak pola lahir asumsi negatif, namun mari kita memberikan penilaian secara objektif setelah kita melihat bagaimana proses yang akan terjadi kedepan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline