Lihat ke Halaman Asli

Kamu Pacaran?

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14238991022057488629

Valentine day’s. Suatu budaya yang sudah menjadi tradisi bagi kawula muda yang berpasangan ataupun yang single. Valentine day’s merupakan hari dimana mereka mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang-orang yang dicintai. Tradisi yang dirayakan setiap tanggal 14 February ini, merupakan moment yang sangat ditunggu-tunggu khususnya bagi mereka yang berpasangan.

Semakin berkembangnya jaman, valentine day’s ini tidak hanya dirayakan kawula muda saja. Tetapi sudah dirayakan oleh semua lapisan masyarakat. Termasuk anak-anak kecil sekalipun. Bagaimana semua ini bisa terjadi?

Semakin maraknya budaya pacaran dan banyaknya hiburan di televisi yang menyajikan tentang cerita percintaan membuat anak-anak mudah meniru adegan tersebut. Sebenarnya apa sih pacaran itu?

“Pacaran sekarang ini menjadi heboh karena ada pemicunya. Yang menjadi pemicu mereka berpacaran itu karena ada yang dilihat dan dicontoh. Yang menjadi faktornya itu media audio visual.”ujar ibu Erina seorang Public Speaker.

Sekarang ini banyak sekali FTV bahkan sinetron yang ditayangkan dtelevisi diwaktu prime time. Yang kebanyakan ceritanya mengenai orang yang berpacaran. Sehingga hal ini dapat memicu anak-anak kecil yang menontonnya untuk mengikuti gaya hidup dari sinetron yang mereka lihat.

Bahkan ada yang secara gamblang menayangkan sinetron bercerita tentang cinta dikalangan anak SD. Itu sangat disayangkan sekali. Karena dari sinetron tersebut, anak yang seharusnya belum mengerti apa itu pacaran menjadi salah mengartikan. Yang sebenarnya dimaksud dalam berteman dekat adalah sahabat, tetapi mereka mengartikan itu sebagai pacaran.

“Untuk memahami pacaran yang baik itu bagaimana harus ada arahan dari orang tua. Mengarahkan anak dengan komunikasi yang baik sejak usia dini dan memilah media apa saja yang boleh ditonton, bisa membantu anak agar tidak terjerumus kearah gaya pacaran yang sudah terlalu bebas. Serta dengan selalu mendampingi anak-anak mereka.”ujar bu Erina lagi.

Dahulu orang membicarakan sex itu merupakan hal yang tabu. Tetapi sekarang untuk membicarakan sex itu harus bisa lebih komunikatif. Jadi bisa untuk menjadi pendidikan supaya tidak terjerumus. Sebagai contohnya di Jogja, tepatnya di Gunung Kidul itu tertinggi menikah karena MBA(married by accident) dikalangan anak SMA dan SMP. Karena orangtua yang terlalu mengekang tetapi tidak memberikan arahan yang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline