Lihat ke Halaman Asli

Informasi Bencana Alam dan Tumbuhnya Solidaritas Sosial

Diperbarui: 30 November 2017   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bencana alam yang terjadi pada musim pancaroba seperti belakangan ini banyak diliput dan disebarluaskan melalui media massa dan media online. Dapat dicontohkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum lama berselang telah terjadi bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang namun semuanya itu telah terkondisi sehingga para korban berhasil dievakuasi berkat kesigapan dan kerjasama masyarakat dengan aparat setempat.

Dalam sebuah pemberitaan menyebutkan: Bencana alam banjir dan tanah longsor masih terjadi di DIY, Rabu (29/11). Hampir semua wilayah di DIY, baik di Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo maupun Kabupaten Sleman merasakan dampak bencana akibat hujan deras yang terus menerus mengguyur wilayah DIY dan sekiatrnya. Gubernur DIY Sri Sultan HB X pun menetapkan status DIY siaga darurat bencana banjir, longsor dan angin kencang (Kedaulatan Rakyat, 30/11/2017, halaman 1).

Tentu saja peristiwa bencana dan langkah-langkah penanganan yang berkaitan dengan kehidupan manusia tersebut menarik dicermati. Di satu sisi, terlihat bahwa keseriusan pihak-pihak yang berkompeten antara lain Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD), Tim SAR, Pusat Pengendalian dan Operasi  (Pusdalop),PMI, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, ditambah para komunitas relawan penanggulangan bencana terjun langsung ke lapangan menangani dan melakukan bantuan dalam rangka tujuan sosial kemanusiaan.

Pada sisi lain juga nampak bahwa peristiwa bencana di Yogyakarta dan sekitarnya menyusul terjadinya curah hujan yang cukup tinggi beberapa waktu lalu, ternyata informasi awal darurat bencana telah dikomunikasikan oleh para relawan yang tergabung dalam komunitas siaran radio antar penduduk  jumlahnya tersebar diberbagai penjuru. Siang dan malam tiada henti siaran-siaran radio terkait bencana di setiap lokasi disampaikan kepada publik yang selanjutnya menggugah kepedulian berbagai kalangan.

Sebaran informasi tentang bencana tersebut tentunya menarik untuk diamati. Hal yang paling tampak disini adalah betapa cukup berperannya sarana komunikasi radio dalam menyampaikan berita kebencanaan. Berawal dari informasi tentang jenis bencana, lokasi, kapan terjadinya bencana, akibat-akibat yang ditimbulkan, sampai dengan sejauh mana bencana ditangani semuanya telah memberikan petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, termasuk penanganan/bantuan pasca bencana.

Menyangkut sebaran informasi bencana, selanjutnya turut membuktikan bahwa pengaruh komunikasi yang disampaikan lewat media telah membawa efek tertentu. Informasi kebencanaan dalam suasana darurat banjir dan tanah longsor di seputaran Yogyakarta ternyata berpengaruh secara behavioral. Efek ini merupakan efek nyata yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola tindakan, kegiatan, kebiasaan dalam berperilaku. Seperti disebutkan pakar komunikasi, Jalaludin Rakhmat (2005) dalam bukunya Psikologi Komunikasi  yang menyebutkan bahwa media telah manambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku.

Tergeraknya perilaku dalam kebersamaan untuk membantu para korban bencana yang dilakukan inilah kemudian menunjukkan bahwa solidaritas telah terbangun. Jika hal demikian berjalan secara terus menerus turut menandakan pula bahwa solidaritas sosial untuk membantu sesama semakin tumbuh dan berkembang. 

Kesigapan, keseriusan aparat dan masyarakat terutama kalangan pemuda sebagai relawan penanggulangan bencana serta kehadian organisasi komunikasi radio antar penduduk yang secara berkelanjutan atau setiap saat mengudara, menyampaikan perkembangan peristiwa bencana/pasca bencana di Yogyakarta dan sekitarnya telah menunujukkan kontribusi nyata yang telah dilakukan.

 Tumbuhnya solidaritas sosial ditandai tergugahnya kesadaran diri para pemuda yang menjadi relawan penanggulangan bencana sudah semestinya mendapatkan apresiasi dari semua pihak. Pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi terkait kebencanaan sebagai pihak fasilitator diharapkan mampu menggandeng mereka sehingga pelaksanaan program penanganan bencana yang mampu menumbuhkan solidaritas sosial ini semakin solid, terstruktur, terarah, dan bisa berkelanjutan, sesuai kesejatian hidup bangsa ini dalam sebuah bentuk kegotong-royongan (Fransiska Rosilawati).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline