Lihat ke Halaman Asli

Hati Tak Bernyawa

Diperbarui: 20 Maret 2024   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Yah, diumur seperti inilah hidup kita akan di persulitkan dengan cinta. Di tengah era tranding beberapa video di media sosial membuat anak muda berlomba-lomba dalam memiliki pasangan dan memamerkannya. Hal ini sudah dianggap wajar oleh beberapa kalangan dan melupakan efek untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Suatu hubungan akan tercipta dengan dasar cinta, yang merupakan emosi dari jiwa yang kuat dan memiliki ketertarikan pribadi. Jika keduanya memiliki, maka akan tercipta saling mencintai. Pada tingkatan ini, remaja akan menerima orang lain apa adanya, mengesampingkan bahwa ia kurang baik bahkan tidak mengharapkannya menjadi lebih baik. 

Sifat ini akan selalu ditunjukkan bagi setiap orang yang sedang jatuh cinta. Jiwanya akan dibalut kesenangan akan pasangannya dan melupakan apa yang sedang ia hadapi di depannya. Telinga seolah tuli, mulut seolah bisu, pikiran seolah dangkal dan tertitik fokuskan kepada satu hal, cinta.

Ada sebuah ungkapan dari salah satu penyair, "Jangan bilang cinta bila tak ada rindu". Pemikiran orang yang sedang jatuh cinta akan mengatakan bahwa itu benar. Yah, memang benar karena pikiran dan hatinya terikat satu sama lain. Di masa inilah, perempuan akan mengalami perubahan suasana hati yang drastis. 

Senang yang berlebihan dan sedih yang berlebihan akan sangat mempengaruhi keadaannya. Pada hakikatnya, seseorang yang sedang jatuh cinta jiwanya sedang diuji. Ketika dia berhasil jiwanya akan senang, dan sebaliknya jiwanya akan hancur.

Ah, iya komitmen. Andalan orang yang saling mencintai adalah komitmen (kepercayaan satu sama lain). Komitmen atas ucapan? Komitmen atas perbuatan? Komitmen atas keduanya?.  Lucu jika masih di posisi itu. Mereka membentuk sebuah kepercayaan dan mempercayakan dirinya satu sama lain. Inilah dasar mereka membentuk sebuah hubungan. Hahaha bualan orang jatuh cinta.

Pada akhirnya jiwa mereka senang dan masih menganggap perdebatan kecil mereka sangatlah wajar bagi setiap hubungan percintaan. Parahnya lagi, mereka tidak mendengarkan perkataan selain pasangan mereka. Love bombing tercipta disertai dengan kata-kata manis antar pasangan. Rasa ketertarikan dan penasaran semakin besar, mencoba menggali lebih dalam atas setiap pasangan. Setelah perjalanan panjang, angin semakin kencang, ombak semakin besar, tanah-tanah merekah, kaca terpecah belah berkeping-keping.

Telinga, mulut, pikiran mulai terbuka perhalan. Memproses kembali dan mereset kembali kehidupannya yang telah terbuang. Memandang dari sudut logika lebih menyenangkan dan melegakan tanpa membawa kembali perasaan. Berusaha bangkit dan kembali menata jiwa yang hancur. Terasa sangat menyakitkan setelah terbagi menjadi dua. Kamu dan Aku bukanlah kita kembali.

Bapak saya berpesan "Suka dengan seseorang itu wajar, karena itu fitrah. Kondisikan rasa sukamu, tidak boleh berlebihan agar ketika ada rasa tidak suka juga tidak berlebihan." Benar, karena sesuatu yang berlebihan tidaklah baik bagimu dan orang lain. 

Stop Love bombing! Cintailah dirimu sendiri :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline