Lihat ke Halaman Asli

Karena Kamu

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekali bertemu.

Beberapa kali bertatap pandang.

Detak jantungku terasa tak karuan.

Mencrai kesempatan.

Menunggu waktu yang bersamaan.

Kembali ke tempat itu.

Dihari yang berbeda. Diwaktu yang hampir bersamaan.

Aku melihatmu. (lagi)

Aku bertatap pandang denganmu. (lagi)

Aku tersenyum. Kau tersipu.

Senyum polosmu. Senyum kecilmu.

Kedua bola mata ini beradu pada satu titik.

Entah. Mengapa jangtungku semakin berdetak tak karuan?

Namun,

Kau telah menghilang dari hadapanku. Saat aku memalingkan wajahku yang tersipu ketika saling bertatap pandang denganmu.

Kau pergi.

Aku mencari.

Aku tak kehilangan cara, dunia begitu sempit jika aku tak akan bisa menemukanmu.

Aku bertanya pada kawan.

Aku bergelut pada dunia jejaring sosial.

Tak lelah. Dan tak pernah lelah.

Walau tak kunjung ditemukan. Namun terus mencari.

Aku tak lagi patah semangat, namun terus berusaha dan bertekad bulat.

Tak lama,

Aku menemukanmu.

Tak tahu apa yang bisa menggambarkannya.

Luka lamaku entah tak lagi terasa. Luka lamaku hilang. Mulai terbalut oleh wajah kecilmu. Senyum cantikmu.

Aku menemukanmu.

Dan tunggu aku bertemu denganmu. Menyapa namamu. Berbicara denganmu.

Inilah waktuku.

Waktuku untuk meyakinkan diriku bersamamu.

Karena kamu.

(TA/17112012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline