Lihat ke Halaman Asli

Rosidin Karidi

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Duh! Terbayang Repotnya Ibadah Umrah Saat Pandemi Covid-19

Diperbarui: 11 Oktober 2020   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Muslim mengitari Kabah saat melakukan tawaf ibadah haji dengan penerapan protokol kesehatan di Masjidil Haram, Kota Mekah, Arab Saudi, Minggu (2/8/2020).| Sumber: AFP/HO/Saudi Ministry of Media via Kompas.com

Pemerintah Saudi berencana membuka kembali ibadah umrah bagi warga negara di luar Saudi Arabia semenjak ditutup akhir Februari 2020 akibat pandemi Covid-19. Rencana ini menimbulkan banyak spekulasi, bagi setiap penyelenggara dan jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Pandemi Covid-19, bisa dikatakan telah mengubah hampir seluruh tatanan hidup manusia. Tidak terkecuali rangkaian perjalanan ibadah umrah.

Akan seperti apa perjalanan ibadah umrah di masa pandemi ini. Mengingat ibadah umrah pasti melalui berbagai rangkaian aktivitas kerumunan orang. Dan pandemi sendiri mengharuskan setiap aktivitas kerumunan tidak terlepas dari penerapan protokol kesehatan.

Jelasnya, sepanjang perjalanan umrah sejak persiapan hingga kembali di rumah, ada risiko membayangi setiap jemaah terpapar virus Covid-19. Dimensi risiko ini kemudian meluas seiring waktu dan lokasi, serta berdampak pada jumlah rupiah yang mesti dikeluarkan.

Persiapan Perjalanan

Manasik jadi tantangan awal bagi jemaah umrah. Pertemuan dan praktik umrah ini tidak mungkin dilaksanakan seperti layaknya di luar pandemi. Semua terbatasi jarak fisik, lengkap dengan peralatan masker.

Jika terdapat seorang jemaah kemudian terkonfirmasi positif Covid-19, maka satu rombongan ini bisa dianggap klaster baru. Dampaknya tentu jelas, semuanya wajib rapid test atau bahkan Swab-PCR.

Sebelum berangkat, jemaah harus melewati masa karantina. Kemungkinan besar akan dilakukan di asrama haji. Di sini dilakukan tes Swab-PCR guna memastikan bebas Covid-19. Selama menunggu hasil 3-4 hari jemaah terus dikarantina, dilarang berinteraksi fisik dengan orang lain maupun keluarga.

Jemaah yang terpapar Covid-19 akan dikarantina secara khusus hingga 14 hari berikutnya. Jemaah lainnya dalam satu rombongan dimungkinkan berangkat setelah melewati berbagai tahapan.

Selama Perjalanan Berangkat, di Kota Suci, dan Pulang

Meski sudah berbekal hasil PCR, bukan berarti jemaah lepas dari risiko tertular Covid-19. Mereka akan terus dalam pengawasan. Selama di pesawat, di bandara, di hotel, di kendaraan, tetap ada kemungkinan terpapar Covid-19. Setiap ada kejadian terkonfirmasi positif, maka protokol akan diterapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline