Yang terpenting bagi seorang guru adalah kemampuan untuk mengajarkan kebaikan dengan kalimat-kalimat yang sederhana namun penuh makna. Menanamkan pemahaman mendalam tentang kehidupan, merangkai simpul-simpul hikmah dari setiap keceriaan, kegundahan, dan kegaduhan hati yang dialami siswa-siswi. Lebih dari sekadar pengajar, seorang guru adalah teladan; figur yang istimewa, bahkan nyaris sempurna.
Seorang guru adalah sahabat yang siap berbagi kisah, orang tua yang mendidik dengan bijaksana, kakak yang penuh kasih, dan instruktur yang memandu arah. Mereka harus menjadi apa saja yang dibutuhkan muridnya, mendekatkan diri hingga mampu menelisik kedalaman hati dan kehidupan setiap anak didiknya. Dalam proses itu, seorang guru terus berusaha memenuhi kebutuhan dan memastikan setiap potensi menemukan jalannya.
Namun, tak jarang mereka melupakan dirinya sendiri, terserap dalam upaya memikirkan keberhasilan siswa-siswi mereka. Seperti lilin yang menyala terang untuk menerangi, tetapi terbakar oleh cahayanya sendiri, seorang guru yang terlalu larut dalam ambisi tanpa bersandar pada Allah justru bisa kehilangan arah. Keberhasilan murid sejatinya bukan hasil kerja keras semata, melainkan karunia Allah yang membukakan jalan.
Maka, yang paling penting dari seorang guru bukanlah ambisinya untuk mencetak keberhasilan atau harapan akan pujian, melainkan keikhlasannya. Mengajar tanpa pamrih, menyerahkan hasil kepada Allah, itulah makna sejati seorang guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H