Seorang ulama kharismatik yang juga seorang penulis pernah berkata, "Kalau kita melihat gedung yang tinggi, rumah yang indah, teknik yang modern, kita pun kagum akan kemampuan akal manusia yang menciptakan semua itu. Tapi, mengapa ketika kita melihat alam betapa pun indahnya kita dengan serta merta hanya perkataan kebetulan" --Buya Hamka.
Perasaan manusia yang selalu berlindung di balik akal ataupun akal manusia yang selalu berlindung pada perasaan kedua-keduanya selalu tertipu. Gagal melihat, gagal memaknai, gagal merasakan. Seolah-olah adidaya itu adalah buatan manusia, cerminan pemikiran yang setinggi langit, hasil penelitian seribu tahun lamanya hingga menghasilkan peradaban maju, peradaban yang wah, peradaban teknologi yang memudahkan semua aktivitas kehidupan.
Kita mudah tersanjung, kita mudah terpesona dibuai oleh kemajuan-kemajuan teknologi yang diciptakan manusia. Kemudian kita bertanya-tanya peradaban mana yang menciptakan itu semua. Karsa manusia yang begitu halus itu berasal dari negara mana?
Akan tetapi, pada saat melihat alam, betapa pun indahnya keajaiban alam, betapa pun setiap hari alam menyuguhkan keajaiban-keajaiban dari hari-hari sebelumnya, kita tetap saja bebal dan acuh. Menganggap sesuatu tersebut terjadi secara kebetulan saja.
Peradaban yang diciptakan manusia itu hanya 0,00000001 persen dari semesta yang diciptakan Allah. Allah adalah masterplan dan masterdesign terbaik. Untuk mengetahuinya, kita perlu mentafakkuri. Bayangkan berapa luas lapisan bumi dan isi di dalamnya dibandingkan bangunan-bangunan di permukaanya. Bayangkan betapa banyak benda-benda konstelasi langit, membentuk sistem galaksi, dan kita mendiami salah satunya dibandingkan rangkaian listrik lampu-lampu yang memadati kota. Bayangkan betapa dalam lautan samudera di bumi dan yang hanya bisa dijangkaui manusia hanya 10 bagiannya saja, 90 bagiannya mereka masih terus bertanya-tanya ada rahasia apa di baliknya.
Lalu, siapa master plan/ master design terbaik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H