Lihat ke Halaman Asli

Rosendah DwiMaulaya

Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Dua Ekor Merpati di Kandang Rajawali

Diperbarui: 20 Agustus 2024   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Bersama dengan seorang kawanku (Maisya Himatuz Zakiyya) kami mempresentasikan penelitian yang belum selesai kami lakukan. Penelitian ini baru sampai tahap ketiga dari metode penelitian yang digunakan. Ajaibnya papernya lolos di event Forum on Education Learning Transformation (FELT) 2024 yang diselenggarakan oleh artikel 33 dan kemendibud.

Tidak ada yang menyangka. Bahkan kami sendiri tidak tahu, jika persaingan ke FELT adalah persaingan milik akademisi pendidikan, milik mahasiswa-mahasiswa pascasarjana, milik peneliti-peneliti dan praktisi yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan. Kami pun tidak tahu jika audience yang hadir adalah para mahasiswa pascasarjana dan doktoral. Kami juga tidak tahu, di forum ini kesempatan para mahasiswa pasca doktoral bertemu promotor mereka sangatlah besar.

dok. pribadi

Aku duduk di rountable sama menyimak seperti rekan-rekan yang lain. Saat aku mencoba berkenalan, semakin ingin merunduk rasanya. Mereka jauh sekali levelnya di atasku. Seorang ibu-ibu NGO, dosen, seorang asesor, mahasiswa pasca tembusan beasiswa LPDP, PMDSU, dan BU ,serta  pemuda yang sudah bekerja di kedutaan AS. Banyak sekali yang kutanyai dan ternyata mereka sudah mengajar di kampus, punya sekolah, punya pengalaman di kancah internasional dll.

Aku merenungi diri kami yang belum menjadi apa-apa. Kami yang baru saja belajar menulis paper, setahun yang lalu memperdalam metode penelitian, dan sekarang dihadapkan dengan skripsi. Rasanya jauh sekali kesenjangan antara kami dan mereka. Semua itu membuat kami ciut saat mempresentasikan penelitian kami yang jauh dari kata selesai.

dok. pribadi

Pada kesempatan presentasi di event FELT ini, Aku dan kawanku mengusung media pembelajaran mengenal huruf hijaiyyah untuk anak disleksia. Kami menamainya dengan "Boardbook Hijaiyyah di Sekitarku". Kebutuhan dan karakteristik belajar anak disleksia kami rangkum dan kami sajikan fasilitasnya dalam boardbook Hijaiyyah di Sekitarku. Tentu saja, kami baru di tahap pengembangan dan belum sampai pada tahap pengujian.

Dua orang dosen salah satunya berafiliasi Sulawesi dan yang lain terafiliasi di Universitas Ahmad Dahlan memberikan banyak masukan atas banyaknya kekurangan dalam penelitian kami. Aku bersyukur selain penanggap yang cukup memaklumi, audience yang menyaksikan diseminasi penelitian kami juga amat pengertian. Dengan arahan-arahannya, mereka berharap kami dapat menyelesaikan penelitian ini.

Alhamdulillah dua merpati yang baru belajar imu setitik ini, di kandang rajawali seperti mendapatkan sebelangga ilmu baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline