Apalagi Tukang Parkir Liar
Topik pilihan Kompasiana minggu ini adalah tentang urusan Parkir. Sewaktu kami masih tinggal di Jakarta, kami juga sudah merasakan, betapa tidak nyaman berurusan dengan Tukang Parkir liar.
Sewaktu kita sibuk mencari tempat parkir, tak seorangpun muncul. Tapi begitu kita mau pulang, tetiba entah darimana muncul Tukang Parkir. Sambil tiup peluit dan berteriak;" Terus.... terus..... dan menyodorkan tangan minta ongkos Parkir
Pernah beberapa tahun lalu, sewaktu Parkir di Tanah Abang, tidak sampai 30 menit ditagih Rp. 20.000 .--Karena suami tidak mau ribut dengan Tukang Parkir,maka kami bayar 20 ribu rupiah. Hal ini pernah diposting oleh suami di Kompasiana
Beda dengan di Australia
Disini tidak ada tukang Parkir,bila kita mau memarkir kendaraan ,cari tempat dimana ada tanda boleh Parkir Ada tempat tempat gratis Parkir dan ada yang bertulisan tiket yang berarti harus membayar tergantung lokasinya.
Tiket untuk parkir ada yang 2 dolar perjam ,ada yang 4 dolar dan seterusnya. Disini kita mengambil tiket Parkir sesuai waktu yang kita butuhkan dan membayar uang Parkir. Setelah selesai membayar tiket harus diletakkan sehingga terlihat oleh petugas ketika memeriksa.
Aturan Beda Total Aturan
Kalau di negeri kita, karcis Parkir tidak boleh disimpan dalam kendaraan. Di Australia justru sebaliknya. Karcis Parkir wajib diletakan didepan dashboard.
Seperti tampak pada foto pendukung, ada tulisan pada ticket Parkir:" This side on Dashboard. " Ticket harus diletakan didepan dashboard,agar mudah dilihat petugas. Bila lupa meletakan atau karena kurang hati hati,karcis Parkir yang sudah diletakan didepan dashboard, sewaktu menutup pintu kendaraan, karcis Parkir terjatuh kebawah sehingga saat diperiksa petugas tidak ada karcis Parkir didepan dashboard,maka kita akan didenda, padahal sudah bayar Parkir.