Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Berkunjung ke Bangunan Bersejarah (Bagian Kedua)

Diperbarui: 6 Februari 2024   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan ratapan ibu yang dibangun 1840 (dok pribadi)

Jangan Sampai Kita Lupa Akan Jasa Para Pahlawan.

Payakumbuh kota kecil di Sumbar yang berjarak 120 km dari Padang. Kota ini merupakan kampung halaman  Ayah mertua alm. Ayah suami lahir di Payakumbuh di Labuh Basilang.

Karena itu kota ini memiliki semacam ikatan batin dengan kami sekeluarga Masih banyak kerabat suami yang masih tinggal di Payakumbuh.

Karena itu kami sering kali berkunjung ke sini Tentu saja tidak hanya sebatas perjalanan wisata, tetapi sekaligus mengunjungi bangunan bersejarah.

Mengenang Jasa Pahlawan Kita 

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Jasa Pahlawan Mereka (Bung Karno)

Ada sebuah jembatan dikota Payakumbuh, jembatan yang dibangun pada tahun 1840 yaitu 8 tahun setelah Belanda masuk ke Limopuluah. Panjang jembatan 40 meter yang menghubungkan Kota Payakumbuh dengan Labuh Basilang.

Sewaktu kami masih tinggal di kota Padang, minimal sebulan sekali kami sekeluarga akan berkunjung ke Payakumbuh. Karena ada banyak sanak keluarga disana 

dokumen pribadi

Jembatan ini terkenal karena menjadi tempat  tempat eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda pada zaman penjajahan. 

Para pejuang dizaman Belanda yang tertangkap dieksekusi dengan membariskan mereka dipingir jembatan lalu ditembaki dan mayatnya jatuh kesungai dihanyutkan air sungai dan disaksikan oleh para ibu yang menangisi mereka. Jembatan ini dinamakan "Jembatan Ratapan ibu"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline