Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Disiplin Semasa Jadi Guru, tapi Tetap Disayangi Siswa hingga Mereka Punya Cucu

Diperbarui: 9 Februari 2022   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ming (ex siswa saya) dengan cucunya

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, dulu pernah menjadi Guru dalam  mata pelajaran  ilmu Pasti, yakni Aljabar dan Ilmu Ukur. Bagi sebagian siswa, kurang suka dengan mata pelajaran ini karena agak sulit dimegerti. Kebiasaan yang terjadi adalah bagi  Siswa yang kurang mengerti, hanya manggut manggut saja sewaktu diterangkan  cara penyelesaian soal. Sebenarnya tidak mengerti tapi segan menanyakan.

Karena itu untuk mengatasinya, bila saya menerangkan mereka manggut manggut saja saya langsung menanyakan pada siswa cara penyelesaian soal. Akan ketahuan bila siswa hanya mengiakan tapi sesungguhnya tidak benar benar mengerti 

Saya selalu mengulangi cara sampai benar benar siswa paham dan  menyelesaikan soal sendiri.

Disiplin pada tempatnya 

Setiap siswa tahu saya disiplin dalam memberikan angka Bila siswa mencontek saya beri angka nol untuk memberi pelajaran bagi mereka. Tanpa membedakan mereka anak siapa  

Saya siap meladeni siswa walaupun pada  jam istirahat. Membantu menerangkan hingga mereka mengerti. Hal ini  membuat siswa menyayangi saya walaupun saya sangat disiplin.

Terbukti ketika ban sepeda saya bocor siswa berusaha untuk memperbaikinya. Beramai ramai mereka yang sebenarnya waktu untuk pulang membawa sepeda saya untuk ditambal dibengkel zepeda terdekat 

Tetap diingat walaupun sudah berhenti mengajar 

Hal ini juga terlihat ketika saya sudah berhenti mengajar. Belasan tahun kemudian, saat  membeli kain di toko kain  untuk pakaian, saya sudah coba menawar tapi kata yang melayani "Tidak ada discount" . Karena saya suka dengan kain tersebut saya mengambil 2 meter. 

Sewaktu saya mau bayar, ternyata tidak diterima uangnya oleh pemilik toko  kain tersebut. Saya heran dan tidak mau menerima kain tersebut. Pemilik berkata "Ibu lupa pada saya ya, saya Marnis  murid ibu dulu sewaktu SMP. Terimalah bu. Ini merupakan ungkapan  rasa terma kasih Saya memberi karena  saya benar benar kangen dengan ibu."  Saya sangat terharu dan tidak tega untuk menolak pemberian yang tulus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline