Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Belajar dari Kegagalan Orang Lain

Diperbarui: 3 Februari 2022   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi :https://indobubbletea.blog/

Agar jangan sampai terjadi atas diri kita

Menceritakan kegagalan orang lain tentu bukan untuk dijadikan bahan lelucon melainkan untuk memetik  hikmahnya. 

Seorang teman,  yang sama sama profesi bisnis  dengan kami, sebut saya Aris (bukan nama sebenarnya). Dia sudah berhasil dengan mendapatkan izin export kopi. Pada masa tersebut hanya perusahaan yang telah  punya izin baru boleh mengexport kopi kenegara lain  yang dikenal dengan istilah "A.P.E " singkatan dari "Angka Pengenal Ekspor"  Untuk dapat mengekspor Kulit Manis harus memiliki izin sebagai Aproved Trader Cassia. 

Suatu hari  Aris  berbincang bincang dengan suami tentang rencana untuk menjual izin  tersebut. Ada yang ingin membeli hak izin dengan nilai 400 juta rupiah Nilai yang pada tahun 80 an lumayan besar  

Menurut Aris  kalau 425 juta baru dia mau melepas izin tersebut. Beberapa hari kemudian ada yang serius menawar 425 juta  tapi ia mundur lagi dengan nilai 450 juta. 

Suami sudah menasihati supaya Aris  melepaskan saja karena nilai 425 juta itu sudah cukup bagus. Tapi Aris berubah pikiran dan  berkata "Kalau tidak 450 juta dia tidak mau melepaskan izin tersebut"  Karena suami memang tidak ada kepentingan tentang urusan tersebut hanya bisa  mengiyakan saja 

Dua hari kemudian terbit peraturan baru dimana dinyatakan bahwa "Kopi bebas diexport oleh semua Perusahaan kopi tanpa izin." 

Membaca hal tersebut Aris pingsan karena izin export kopi yang dimiliki kini tidak berarti apa apa lagi. Setelah beberapa bulan kemudian kami mendengar Aris kena stroke dan akhirnya meninggal.

Teman kami yang lain lagi  Lukman,  bukan nama sebenarnya .Berasal dari keluarga berada tapi entah mengapa dia hanya menjadi penjual es. Kemudian oleh teman kami yang membantu suami untuk jadi pedagang membantu dia juga. 

Tetapi sifat orang ternyata bisa berubah total kalau menyangkut masalah uang. Setelah berhasil sebagai Eksportir Lukman menjadi sombong dan lupa diri.  Bicaranya melambung tinggi 

Karena kesombongan Lukman, ia dijauhi teman teman sesama mitra bisnis. Tidak bisa bertahan lama, akhirnya dia bangkrut dan pindah ke Jakarta. Di Jakarta menurut Lukman dia mengelola taksi. Ketika kami ke Jakarta dan memanggil taxi kebetulan disopiri Lukman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline