Seharusnya Intropeksi diri
Beberapa waktu yang lalu , saya menulis dengan judul " Sebagai isteri dan Ibu mengelolah 3 keuangan yang berbeda"Setelah ditayangkan saya mendapat pesan WA dari salah seorang pembaca kompasiana , sebut saja namanya Tini . Yang merupakan "Silent reader " di Kompasiana .
Isinya minta izin untuk menelpon saya . Karena memang sedang berada dirumah , maka saya tentu tidak keberatan menerima telpon Tini
" Selamat siang bu ,saya membaca tulisan ibu mengenai"Sebagai isteri dan ibu mengelola 3 keuangan berbeda" Saya pikir tidaklah sulit.Karena saya semenjak nikah sudah mengelolah keuangan keluarga .Saya yang memutuskan dan suami selalu saja setuju tanpa berani membantah.
Apa yang sudah diputuskan menjadi aturan keluarga. Saya mengambil keputusan tanpa perlu konsultasi terlebih dulu dengan suami . Dan mengatur keuangan yang menurut saya terbaik .Tidak bermasalah apa apa bagi suami dan keluarga. "
Dengan bangganya dia menceritakan bagaimana suaminya tidak pernah menegur dia. Setelah selesai dia menceritakan tentang dirinya . Lalu bertanya :"Bagaimana pendapat ibu ? "
Patut Jadi Pelajaran Bagi Kita
Karena ditanya pendapat saya , maka saya balik lalu bertanya :"Apakah mbak tidak pernah intropeksi diri? Kenapa suami mbak takut sama isteri? Menurut saya bila ada dua hal yaitu:
- Isteri anak orang kaya raya sedangkan suami mengantungkan hidupnya pada keuangan isteri.
- Isteri yang mencari naskah sedang suami tidak punya pekerjaan yang jelas
Bila memang kedua hal tersebut menjadi alasan suami mbak takut pada isteri saya tidak bisa mengatakan apa apa lagi. " Sebelum menutup Pembicaraan saya minta izin untuk menulis tentang masalah suami takut isteri . Dan Tini bilang:" Dengan segala senang hati bu . Mohon nama saya jangan disebut ya bu. "
Kesimpulan :