Menikah Berarti Siap Menjadi Keluarga Pasangan Hidup
Tahun 1965, seminggu setelah menikah kami memulai hidup baru di mana kami pindah dari Padang ke Medan. Di Medan kami mencoba untuk berdikari. Ternyata tidak berhasil, kemudian kami kerja pada PT Pikani. Perusahaan pabrik karet kepunyaan orang Malaysia. Kerja setahun tidak menunjukkan setitik harapan untuk mengubah nasib, maka kami kembali ke Padang.
Di Padang mulanya kami tinggal di rumah suami di kamar depan tempat suami dulu tinggal sebelum kami menikah.
Sementara suami mencoba mencari pekerjaan, saya mencoba membantu dengan memberi less ilmu ukur dan Aljabar pada murid murid SMP serta berhitumg untuk murid SD. Di samping menerima murid murid dari sekolah saya juga menerima semua anak ipar untuk ikut belajar dengan gratis.
Sewaktu itu saya belum pandai memasak karena saya hanya tahu belajar dan bekerja di kantor sewaktu selesai SMA. Karena itu sewaktu ibu mertua memasak saya hanya dapat membantu semampunya. Kemudian setelah perjalanan yang panjang, nasib kami berubah dan tinggal di rumah kami.
Menghargai Privasi Orang
Semenjak saya menikah saya sudah bertekad tidak mencampuri urusan yang bukan urusan kami berdua. Baik yang berhubungan dengan keluarga pihak orang tua saya. maupun yang ada hubungannya dengan keluarga suami. Sesibuk apapun. Kami selalu menyediakan waktu untuk mengunjungi keluarga saya dan keluarga suami.
Setiap hari Sabtu dan Minggu kami datang dengan membawa makanan alakadarnya. Dan setiap memberi sedikit penghasilan kepada mertua saya selalu yang memberikan. Demikian juga untuk orang tua saya suami yang memberikan.
Seperti yang tertuang dalam lirik lagu " Jangan ada dusta antara kita." Kami tidak sembunyi-sembunyi satu sama lainnya dalam hal apapun termasuk memberikan perhatian terhadap orang tua kedua belah pihak.
Sewaktu usaha kami sudah mulai berhasil kami sering mengajak ibu mertua dan ibu saya bergantian untuk ikut kami jalan-jalan ke Bukittinggi, Danau Singkarak dan Embun Pagi. Kadang kala ibu mertua dan ibu saya sama sama kami ajak travelling. Kami tidak ingin menjadi seperti " kacang lupa akan kulitnya "
Begitulah saya selalu menyediakan waktu untuk membawa ibu mertua dan ibu saya untuk menikmati hari tuanya. Kami disayangi orang tua kedua belah pihak dan disayangi ipar-ipar, baik dari yang lebih besar maupun yang kecil. Kami tidak pernah mencampuri urusan keluarga mereka. Begitu juga suami dengan pihak keluarga saya.