Menempatkan Diri Sebagai Seorang Isteri
Sebagai seorang wanita tentu saja saya sangat mendukung emansipasi . Buktinya saya melanjutkan kuliah setelah menikah dan punya anak . Dulu saya juga mengemudikan kendaraan dan ikut bekerja secara aktif. Petanda bahwa sebagai wanita dan sekaligus seorang isteri saya tidak :" ikut suami " seperti yang tertera di KTP tempo dulu
Tetapi dalam kehidupan sebagai seorang wanita saya selalu menempatkan diri sesuai harkat diri sebagai seorang isteri .Karena suami adalah Kepala Keluarga . Kalau boleh dianalogikan dalam penerbangan dengan pesawat, maka suami adalah Pilot dan saya memosisikan diri sebagai Co-pilot.
Misalnya dalam perjalanan kami menjelajahi seluruh Nusantara, setiap kali kami mengadakan acara penyembuhan maupun lokakarya selalu yang kedepan adalah suami yang juga sebagai ketua Yayasan.Suami membuka acara dengan kata sambutan. Dan seterusnya dalam membawakan doa penyembuhan giliran saya yang menyampaikan.
Begitu juga dalam hal lokakarya dimana suami membuka kelas dengan kata sambutan. Selanjutnya saya yang mengajarkan cara healing pada para peserta .
Jadi masing nasing bertindak sesuai dengan kedudukannya tidak ada yang menonjolkan .'Saya lebih pintar dari suami'
Setiap tindakan kita mencerminkan pribadi kita dimana kita dinilai oleh peserta .Seandainya dalam kata sambutan terdapat kata kata yang keliru ,maka setelah selesai acara baru saya sampaikan kepada suami Walaupun dalam emansipasi sering dikemukakan hak yang sama,namun sebagai seorang isteri saya tidak pernah mencampur adukkan dengan peran wanita dalam emansipasi.
Beda latar belakang
penyerahan sertifikat para peserta dok pribadi
Walaupun saya semenjak SMP,SMA Dan di IKIP menganbil jurusan Ilmu Pasti dan suami jurusan bahasa.Jadi dalam hal hitung hitungan saya pasti lebih bisa dibandingkan suami,tapi saya tidak pernah menonjolkan hal tersebut.
Karena bila saya menonjolkan pasti dinilai rendah oleh orang sebab bila kita menjelek jelekan suami bukan kita dipuji melainkan dinilai sebagai seorang isteri tidak mampu menjaga marwah suami