Milano
Kami menuju Milano dengan Kendaraan Sandro mengemudikannya. Di sana telah menunggu adik saya yang jadi Biarawati yakni Suster Anna . Kebetulan dia lagi cuti di Italia dan berada di Milano . Tugas adik saya biasanya di Pagai pulau Mentawai Sumatera Barat. Bertemu dengan 2 orang adik yang sudah terpisah lama tentu saja merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya
Karena di Milano sedang diadakan Ekxpo Milano,maka Magaret membeli tiket buat kami berlima dengan harga 39 Euro per orang.Kalau di Indonesiakan Rp 600 .000.- sungguh mahal harga tiket masuk ke Ekxpo Milano tersebut. Saya sudah menawarkan untuk membayar, tapi Margaret bilang:" Ce ,selama berada bersama kami ,tidak boleh keluarkan uang" Tentu saja saya sangat terharu ,bukan masalah uang ,tapi kasih sayang adik yang tidak pernah luntur.
Turun mobil melanjutkan perjalanan dengan kaki menuju pintu gerbang yang berjarak 500 meter dan penuh pasir merupakan padang gurun di negeri Firaun panas dan kehausan .
Pemeriksaan
Untuk masuk ke Ekxpo Milano selain mempunyai tiket juga diadakan pemeriksaan yang ketat semua barang bawaan dan pengunjung diwajibkan melalui pemeriksaan X Ray gate .Seperti sewaktu kita mau naik kepesawat saja.
Setelah masuk kami menuju ruangan aula Expo yang full Ac ,kemudian kami menanyakan untuk menuju ke Paviliun Indonesia.
Menurut petugas disana sebaiknya naik bus yang disediakan untuk ke Paviliun Indonesia karena cukup jauh kalau berjalan kaki mengingat lokasi Expo ini keseluruhannya mencapai puluhan hektar
Berjumpa dengan Kompasianer
Ternyata di bus ada beberapa kompasianer yang juga berencana mau ke Paviliun Indonesia. Mas Samuel, mas Virtul dan Mas Widi ketiga nya adalah kompasianer yang berada di Italia.Untuk meyakinkan kami mereka menyebutkan Judul dari tulisan suami kepada kami.