Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Toleransi Harus Dimulai dari Diri Sendiri (Seri 2)

Diperbarui: 21 Desember 2020   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama teman dari Pasaman Pak Muchtar Nurdin dan kawan kawan(dok pribadi)

Membuka Hati Menerima Perbedaan

Setelah nikah kami pindah ke Medan selama hampir dua tahun Kemudian kembali ke Padang dan berpindah pindah tempat tinggal Sampai pada tahun 1972 kami tinggal di Kampung Nias Pada masa itu, sisa sisa gaya hidup peninggalan jaman kolonial masih terasa kental,yakni warga hidup dalam berkelompok sesuai etnisnya 

Ada kampung Cina, Kampung Nias, Kampung Jawa ,Kampung Keling dan Banjar. Misalnya  etnis Cina tinggalnya di kampung  Cina,orang orang Nias tinggal dikampung Nias dan orang Keling atau India tinggal dikampung keling.dan yang lain tinggal di daerah lainnya. Kebanyakan orang Cina tinggalnya di daerah Pondok,Jalan Niaga ,kelenteng dan belakang Pondok.Sebagian mereka tinggal di Kampung Nias demikian juga dengan kami.

Pada masa itu ,menyebut nama "Kampung Cina" sama sekali tidak merasa ada yang salah .Belakangan baru diubah dengan sebutan "Kampung Tionghoa " 

makan bersama keluarga Kol Jamaris Jamaan Alm (dok pribadi)

Membuka Hati Menerima Perbedaan

Anak anak kami  tidak tahu kami itu orang asal etnis mana   ,karena tidak pernah membicarakannya . Yang mereka tahu kami adalah orang Indonesia. Dirumah kami berbicara bahasa Padang dan hubungan dengan para tetangga sangat dekat  Tidak ada tetangga yang memanggil saya dengan sebutan "Enci" atau "Koh " kepada suami, yang biasa digunakan sebagai pembeda etnis Cina .Semuanya memanggil bu dan pak.

Suatu waktu ,  ketika kami sedang  jalan kaki ,tiba tiba ada diteriaki oleh sekelompok  anak anak :" Hai Cino "  Kami tidak merespon ,tapi  putri kami yang waktu itu masih  kecil (Irvianti) langsung balas  berteriak pula :" Hai Cino "

Sehingga anak anak tersebut heran dan melihat kekami ,karena mereka merasa aneh kok diteriaki Cino pula. Akhirnya mereka diam Mungkin merasa salah sasaran.

Mendidik anak anak 

Untuk mendidik anak anak  mengenai hidup bertoleransi,  kami sengaja pindah dari zona nyaman dan nyaman  Yakni  dari Kampung Nias ke  Wisma Indah, yang merupakan daerah  pemukiman yang penduduknya hampir seratus persen  Muslim  Tidak ada etnis  Cina disana kecuali satu orang pak Solihin ,karyawan Bank BI. Awal kedatangan kami mengundang pak RT dan pak Lurah serta para tetangga  makan malam bersama  di rumah kami  Sejak saat itu sebagai pendatang ,kami  bergaul dengan penduduk setempat ,tanpa membedakan latar belakang sosial mereka Sehingga dalam waktu singkat kami sudah merasa aman dan nyaman ditempat tinggal yang baru 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline