Membuka Hati Menerima Perbedaan
Setelah nikah kami pindah ke Medan selama hampir dua tahun Kemudian kembali ke Padang dan berpindah pindah tempat tinggal Sampai pada tahun 1972 kami tinggal di Kampung Nias Pada masa itu, sisa sisa gaya hidup peninggalan jaman kolonial masih terasa kental,yakni warga hidup dalam berkelompok sesuai etnisnya
Ada kampung Cina, Kampung Nias, Kampung Jawa ,Kampung Keling dan Banjar. Misalnya etnis Cina tinggalnya di kampung Cina,orang orang Nias tinggal dikampung Nias dan orang Keling atau India tinggal dikampung keling.dan yang lain tinggal di daerah lainnya. Kebanyakan orang Cina tinggalnya di daerah Pondok,Jalan Niaga ,kelenteng dan belakang Pondok.Sebagian mereka tinggal di Kampung Nias demikian juga dengan kami.
Pada masa itu ,menyebut nama "Kampung Cina" sama sekali tidak merasa ada yang salah .Belakangan baru diubah dengan sebutan "Kampung Tionghoa "
Membuka Hati Menerima Perbedaan
Anak anak kami tidak tahu kami itu orang asal etnis mana ,karena tidak pernah membicarakannya . Yang mereka tahu kami adalah orang Indonesia. Dirumah kami berbicara bahasa Padang dan hubungan dengan para tetangga sangat dekat Tidak ada tetangga yang memanggil saya dengan sebutan "Enci" atau "Koh " kepada suami, yang biasa digunakan sebagai pembeda etnis Cina .Semuanya memanggil bu dan pak.
Suatu waktu , ketika kami sedang jalan kaki ,tiba tiba ada diteriaki oleh sekelompok anak anak :" Hai Cino " Kami tidak merespon ,tapi putri kami yang waktu itu masih kecil (Irvianti) langsung balas berteriak pula :" Hai Cino "
Sehingga anak anak tersebut heran dan melihat kekami ,karena mereka merasa aneh kok diteriaki Cino pula. Akhirnya mereka diam Mungkin merasa salah sasaran.
Mendidik anak anak
Untuk mendidik anak anak mengenai hidup bertoleransi, kami sengaja pindah dari zona nyaman dan nyaman Yakni dari Kampung Nias ke Wisma Indah, yang merupakan daerah pemukiman yang penduduknya hampir seratus persen Muslim Tidak ada etnis Cina disana kecuali satu orang pak Solihin ,karyawan Bank BI. Awal kedatangan kami mengundang pak RT dan pak Lurah serta para tetangga makan malam bersama di rumah kami Sejak saat itu sebagai pendatang ,kami bergaul dengan penduduk setempat ,tanpa membedakan latar belakang sosial mereka Sehingga dalam waktu singkat kami sudah merasa aman dan nyaman ditempat tinggal yang baru