Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Berbagi Kisah Perjalanan Hidup (Seri 8)

Diperbarui: 25 September 2020   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi :dephub.go.id(kapal pengangkut barang)

Musibah berturut turut

Setelah persoalan gambir yang menguras energi serta sangat melelahkan ,akhirnya selesai ,  kami meneruskan usaha sebagai mana biasanya  . Salah satunya adalah kontrak Pinang sebanyak 65 ton ke Singapore untuk perusahaan Mr Delip, orang India yang sudah akrab dengan kami .

Bahkan sebagai  mitra bisnis  dan  sekaligus sahabat ,sering berkunjung ke Padang Biasanya mengontrak 10 sampai 15 ton Pinang dan selalu lancar lancar saja dan tidak ada masaalah.

Maka kali ini mendapatkan tawaran kontrak sejumlah  65  ton dengan harga yang cukup menarik ,tentu saja  kami terima dengan senang hati Apalagi sudah lama jadi langganan kami di Singapore.

Foto tahun 1980 ketika kami baru balik dari Singapore(dok pribadi)

Petaka di balik bayangan keuntungan 

Singkat cerita barang sudah ready for export  dan akan diberangkatkan dengan kapal PELNI dari Teluk Bayur.  Dengan memanfaatkan beberapa truk   barang tersebut diangkut ke Pelabuhan Teluk bayur untuk  dikapalkan.

Semua sudah beres dan begitu kapal mulai bergerak.,kami akan dapat menggambil dokumen Bill of Lading ,agar dapat mencairkan Letter of Credit yang kami terima  Ternyata kapal naik dok jadi belum berangkat sedangkan LC  sudah berakhir tanggalnya .

Suami  menelepon Mr Dillip  dan minta supaya LC diperpanjang.Mr Dillip berkata :"Dont worry kirim saja nanti saya akan perpanjang LCnya . "

Ternyata setelah kapal berangkat LCnya belum juga diperpanjang  Barang tiba di Singapore kami masih belum terima perpanjangan LC jadi barang  sudah diterima  tapi Letter of Credit tidak dapat diuangkan karena sudah expired 

Ketika suami menelpon lagi ,dijawab :" Effendi you are my brother.Trust me  ,I don,t running with your money "

Setelah itu ,setiap kali ditelepon Mr Dillip sibuk dia ada rapat dan sebagainya hingga dua bulan berlalu Ketika kami telpon lagi Mr Dillip jawabannya sangat mengejutkan .ia mengatakan Pinang yang kami kirim itu tidak baik. Tidak bisa dipakai dan harus dibuang sehingga dia membayar ongkos buang nya. Malahan balik menuntut agar kami membayar biaya pembuangan 65 ton pinang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline