Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Perlukah Kita Malu karena Tidak Ikut Menyumbang?

Diperbarui: 18 Mei 2020   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: fundraisingzone.com

Ataukah menyumbang demi gengsi?

Arti murni dari :"menyumbang" sesungguhnya adalah pemberian setulus hati. Tetapi kemudian hakekat dari kata "sumbangan " ini telah dicemarkan sejak diterbitkannya "Sumbangan wajib " yang secara resmi oleh pemerintah pada waktu itu. Sejak saat itu arti kata :"sumbangan" menjadi kabur dan kehilangan maknanya. 

Bahkan belakangan ini, wadah sumbangan,menjadi sarana untuk pamer kebaikan diri ataupun demi popularitas diri,yang dapat menyebabkan efek negatif bagi yang kondisi ekonominya morat marit 

Menyumbang dalam bentuk apapun,selama diberikan dengan tulus,tentu saja merupakan ajakan yang sarat rasa kemanusiaan ,serta patut mendapatkan dukungan dari kita semuanya. Kita ikut menyumbang sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita. bila ada sesuatu yang perlu disumbangkan bagi kepentingan orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita.

Menjadikan tenggang rasa untuk membantu orang menderita sebagai bagian dari tradisi ,tentu saja merupakan hal yang patut diapresiasi. Sangat disayangkan,belakangan ,wadah yang diawali dengan niat baik,telah berubah arah menjadi ruang pamer diri .

Menjadi Tradisi

Untuk menyumbang ini dilakukan di WAG dengan mencantumkan nama nama si penyumbang dan jumlah sumbangan yang diberikannya.Hal mana membuat si penyumbang merasa gengsi kalau menyumbang kecil jadi diusahakan menyumbang tidak kalah dari orang lain.Sebagai contoh,diedarkan sebagai berikut :

Rembulan - Rp.500.000

Mentari      - Rp.500.000 

Bintang       - Rp.200.000 

Kalau secara wajar mengedarkan daftar sumbangan ini,tentu tidak menjadi masalah. Tapi sayangnya ,satu persatu dari anggota WAG ditanyai :"Hai John, anda nggak ikut menyumbang? Koq  pelit amat? Cuma sebungkus nasi rames ,masa iya nggak mampu? Dan kemudian suasana ini "dihangatkan" lagi dengan komentar yang bernada bercanda,tapi secara psikologis telah menyebabkan yang "ditodong" untuk menyumbang,merasa tertekan bila tidak ikut menyumbang,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline