Lihat ke Halaman Asli

Roselina Tjiptadinata

TERVERIFIKASI

Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

Diri Kita Bukan Barang, Jadi Tidak Dinilai Berdasarkan Apa yang Dipakai

Diperbarui: 14 Februari 2020   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pinterest.com/jhfive

Melainkan Dari Sikap dan Perilaku Kita

Bila kondisi ekonomi keluarga memang mendukung, tentu saja tidak ada salahnya mengikuti tren masa kini, yakni mengenakan pakaian, tas dan jam tangan branded. Mungkin kebetulan beruntung menjadi istri bos, sehingga demi gengsi, memerlukan membeli pakaian dan kelengkapan lainnya yang branded dan harganya aduhai.

Tetapi bila kondisi keuangan keluarga pas-pasan, haruskah kita memaksa diri untuk mengikuti tren? Hal inilah yang banyak terjadi dalam masyarakat kita, yakni ada orang yang kalau tidak barang branded tidak mau keluar rumah karena malu nanti dilihat orang pakaiannya murahan saja.

Ada juga yang penyebabnya karena terlahir dalam keluarga berada dan sudah terbiasa sejak kecil pakai semua barang branded. Kebiasaan ini terbawa hingga dewasa. 

Kalau beruntung dapat suami orang kaya, maka tidak ada masalah bila tradisi beli pakaian branded ini tetap dilanjutkan. Tetapi kalau kebetulan kurang beruntung dan dapat suami yang berpenghasilan pas-pasan, mengapa harus tetap memaksa diri memakai pakaian mahal? 

Barang Branded sebagai Ukuran Harga Diri?

Kenapa harus barang branded? Semua barang ada kelebihannya yang tidak dipunyai oleh yang lain, maka tidak ada masalah bila memakai pakaian biasa yang mana pantas dan cocok buat kita dan sesuai dengan norma kesantunan yang berlaku di lingkungan kita.

Ada orang berprasangka bila dia tidak pakai barang branded, maka  khawatir nanti orang menilainya pelit dan sebagainya. Hal ini yang membuat dirinya tidak pede tampil kalau tidak memakai pakaian dan aksesesoris yang mahal.

Hal ini tidak hanya menjadi beban bagi dirinya pribadi, tapi juga secara tanpa sadar membebani suaminya. Sehingga tidak lagi fokus akan tugas di kantor, karena pikirannya melayang ke mana-mana demi untuk memenuhi hasrat hati istrinya.

Menjaga Image, Cukup dengan Menjaga Sikap Kita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline