Lihat ke Halaman Asli

Cinde: Tradisional atau Modern?

Diperbarui: 29 Juni 2016   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pasar Cinde. Pasar ini telah menjadi trade mark bagi Kota Palembang, menempati tempat  khusus di hati masyarakat. Banyak kebutuhan masyarakat  tidak terdapat di pasar lain, diperoleh di Pasar Cinde. Banyak pedagang dan pengunjung, umumnya penduduk pribumi sudah merasa akrab dengan pasar ini. Pasar Cinde adalah pasar tradisonal lengkap, dari menjual bahan pokok hingga barang otomotif, dari baru sampai jual loakan pun ada.

Pasar cinde kebanggan masyarakat kota Palembang, kini terkesan tak terurus. Bangunan tua yang terkesan semeraut, namun tak ayal masih saja ramai pengunjung karena barang-barang dijual berkualitas baik. Namun menurut saya, tetap saja akan berkesan buruk apa bila tempat menjul barang tersebut kumuh bahkan jorok.

Dengan kepedulian Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota, Pasar Cinde sebagian besar lahan pasar itu milik Pemprov Sumsel tapi bangunan pasar milik asset Pemkot Palembang.

Pemprov Sumsel memiliki 5.000 meter persegi tanah Pasar Cinde dan Pemkot Palembang hanya memiliki 1.000 meter persegi lahan saja.

Di tahun ini Pasar Cinde akan direvitalisasi, semula pasar tradisional menjadi pasar modern.

Wajah baru Pasar Cinde masih dalam tahap perencanaan diperkenalkan ke masyarakat luas dalam event Palembang Expo di Benteng Kuto Besak, 4-8 Mei 2016 akan dibangunnya Pasar Cinde Modern dengan 12 lantai. tempat parkir di basement akan mampu menampung 700 mobil. Berdasarkan data yang dimiliki, sekitar 400 di Pasar Cinde sekarang. Pedagang di lapak berjumlah 113 , sedangkan di kios 255 pedagang. Lapak kosong sebanyak 51, dan 59 kios.

Nantinya para pedangang ini, akan menempati halaman gedung eks-Cineplex. Kesepakatan menggunakan eks di sekitar bangunan Cineplex tersebut, dikarenakan tidak begitu jauh dari Pasar Cinde. Kapasitas halaman juga sangat memadai untuk menampung para pedagang sementara waktu. Dikutip dari syarif pihak PT Magna Beatum.

Dengan dibangunnya Pasar Cinde yang baru, tidak akan menghilangkan ciri khas bangunan tersebut. Seperti dituturkan H Alex Noerdin “Pasar Cinde juga tidak dirubah, namun tetap dipelihara, tiang Cendawan itu kan filosofinya dulu pedagang berjualan di bawah pohon, makanya dipertahankan,”

Berubahnya Pasar Cinde, semula pasar tradisional menjadi pasar modern, membuat saya sebagai konsumen agak khawatir. Masihkah akan seramai dulu pengunjung datang, mengingat kebiasaan para wanita belanja di kota Palembang, atau mungkin di kota lain juga, apa lagi kalo tidak menawar. Harga penawaran pun tidak tanggung-tanggung, setengah dari harga  ditawarkan pedagang.

Dalam rangka pembelajaran pada komunitas Satu Sriwijaya Satu Indonesia mohon kritik dan saran pada tulisan ini 

terimakasih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline