Saya akan melanjutkan kisah perjalanan berikutnya yaitu perjalanan menuju Munich, Jerman.
Untuk menuju Munich, Jerman, kami harus transit terlebih dahulu selama 4 jam di Bandara internasional Abu Dhabi. Kami tiba di sana sekitar jam 1 subuh waktu setempat dan langsung menuju pemeriksaan imigrasi.
Pemeriksaan di bandara ini ternyata tidak seketat apa yang saya bayangkan. Tidak ada pemeriksaan suhu tubuh bahkan tidak ada pemberlakuan social distancing, memberi jarak antar penumpang. Malah terlihat banyak petugas di bandara ini tidak menggunakan masker saat itu seakan-akan tidak ada masalah dengan covid19.
Bandara di sini ternyata ramai sekali meski wabah covid19 sedang gencar-gencarnya merebak. Banyak penumpang dari berbagai negara tumpah ruah di bandara ini karena Abu Dhabi menjadi negara persinggahan.
Saya menggunakan waktu transit ini untuk saling mengenal dengan peserta tur lainnya. Dari percakapan dengan mereka, Saya menangkap sinyal kecemasan yang sama, cemas dengan kelangsungan perjalanan ini.
Informasi dari keluarga maupun dari teman terus berdatangan menyebarkan kabar bahwa tanggal 19 Maret seluruh Eropa akan di lock down. Waduh! Apalagi ini? Kalau semua negara Eropa ditutup, nasib kami bagaimana? Mengingat rencana tur Eropa ini akan berakhir pada tanggal 23 Maret.
Tour guide mengetahui hal ini dan memastikan bahwa berita tersebut hoax, tidak benar. Dia meyakinkan bahwa perjalanan kami ini masih aman. Hanya Italia negara yang sudah tercoret dari daftar traveling kami, yang lain masih on schedule. "Semoga ini benar", batin saya.
Setelah menunggu cukup lama di Bandara Abu Dhabi, kami mendapat kabar bahwa pesawat menuju Jerman harus delay sekitar 1 jam. Penumpang yang sudah ramai antre di depan gate terlihat kecewa sekali. Mayoritas penumpang saat itu adalah orang berkulit putih, kemungkinan mereka adalah orang Jerman yang akan balik ke kampung halamannya.
Menunggu satu jam lagi sungguh melelahkan. Kami harus menunggu di ruang tunggu yang sempit dan kapasitas tempat duduknya juga sedikit. Para penumpang yang sudah lelah menunggu tidak peduli lagi duduk bahkan tiduran di lantai karena kursi yang tersedia sudah tidak bisa memuat penumpang lagi.
Saya tidak melihat orang Asia lain selain kami saat itu. Untuk menghindari peredaran covid19, kami serempak menggunakan masker di ruangan tunggu yang sempit tersebut.