Lihat ke Halaman Asli

Rosdiana

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ban Kapten "OneLove" Menjadi Kontroversi Piala Dunia 2022

Diperbarui: 1 Desember 2022   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perhelatan pesta sepak bola paling bergengsi di dunia sudah dimulai. Presiden FIFA, Gianni Infantino, meminta kepada negara yang berpartisipasi agar tetap fokus kepada ajang yang bergengsi ini. Tetapi permintaan itu nampaknya tidak diindahi secara mulus. Hal itu dikarenakan adanya ancaman sanksi terhadap pemain yang mengenakan ban kapten "OneLove" selama pertandingan.

Alasan dilarangnya ban kapten "OneLove" berkaitan dengan budaya yang telah ada di Qatar tentang bagaimana negara mereka menentang praktek LGBT atas pasangan sesama jenis.

Ternyata ada sebanyak 7 negara yang menentang kebijakan tentang dilarangnya penggunaan ban "OneLove" karena dinilai membatasi hak asasi manusia dalam bersuara.

Jerman adalah salah satu negara yang melakukan sedikit pergerakan terhadap larangan tersebut. Jerman pada pertandingan melawan Jepang melakukan gestur menutup mulut mereka dengan membawa pesan bahwa FIFA telah membatasi negara-negara yang membawa isu-isu tertentu dalam Piala Dunia.

Dilansir dari cnnindonesia.com, Inggris semula jadi tim pertama yang akan bertanding dengan Harry Kane memakai ban kapten pelangi saat bersua Iran pada Senin (21/11). Namun beragam ancaman sanksi yang mengancam membuat Kane urung bermain dengan ban kapten pelangi melingkar di lengannya.

Fahrul Hidayat, sebagai Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 7, memberikan tanggapan terkait isu seputar dilarangnya ban kapten "OneLove" pada perhelatan Piala Dunia 2022.  

"Menurut saya mungkin memang penting bagi beberapa negara membawa kampanye tersendiri dalam setiap pertandingan, apapun jenis kampanye, apapun isu yang akan diangkat. Tetapi menurut saya, alangkah lebih baik sebelum berpendapat terhadap suatu hal, kita pun harus melihat bagaimana kondisi sekitar terkait kepercayaan dan budaya yang dianut. Karena mereka para pemain profesional, seharusnya mereka sudah cukup dewasa dalam membaca situasi."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline