Lihat ke Halaman Asli

Rosda Yanti

Pembelajar

Maladaptive Daydreaming - Mungkin Ini Alasan Aku Tak Pernah Berniat Bunuh Diri

Diperbarui: 30 Desember 2023   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Pernahkah kamu berniat bunuh diri?" Wanita itu bertanya demikian setelah mendengar ceritaku tentang kehidupan masa kecilku yang traumatis dan keadaan keluarga yang buruk di masa lalu.

"Nggak sih. Aku sama sekali tak pernah kepikiran untuk bunuh diri. Kenapa aku harus ingin bunuh diri?" Jawabanku membuat wanita itu tampak heran. Dia bilang aku adalah wanita kuat karena mampu bertahan melalui semua peristiwa hidup yang sulit itu. Dia lalu cerita bahwa dulu dia sering mencoba bunuh diri saat sedang mengalami tekanan hidup yang berat.

Aku jadi mikir, kenapa ya aku tak pernah berniat bunuh diri? Aku pun tak mengerti. Suatu hari aku baca artikel tentang Maladaptive Daydreaming yang aku pikir bisa jadi ini alasannya.

Apa itu Maladaptive Daydreaming?

Maladaptive Daydreaming (MD) adalah istilah yang pertama kali dicetuskan oleh seorang professor bernama Eli Somer pada tahun 2002 untuk menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang menghabiskan waktu yang berlebihan dalam melamun atau berfantasi. Maladaptive berarti jenis lamunan yang tidak sehat yang digunakan sebagai copying mechanism atau cara seseorang menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan atau situasi yang mengancam yang sedang dia hadapi.

Orang yang MD cenderung kehilangan dirinya atau terhanyut dalam lamunan yang intens dan kompleks. Lamunan tersebut layaknya sebuah cerita atau skenario film yang memiliki alur, tokoh dan latar yang sangat detail dan jelas.

Saat melamun orang tersebut biasanya ikut terbawa emosi sehingga menunjukkan beragam ekspresi seperti berbicara, tertawa, menangis atau membuat gerakan tubuh seperti mengibaskan tangan atau berjalan mondar mandir sesuai dengan scenario yang sedang berlangsung dalam lamunan tersebut.

Karena kesulitan untuk mengendalikan imajinasinya, mereka bisa menghabiskan waktu yang panjang untuk melamun, bisa lebih dari 4 jam dalam sehari. Akibatnya bisa mengganggu focus pada kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi interaksi sosial.

Menurut Somer, beberapa orang yang mengalami MD biasanya memiliki sejarah kekerasan atau trauma masa kecil. Walau demikian tidak semua penderita MD mempunyai latar belakang demikian.

Apa perbedaan melamun biasa dengan Maladaptive Daydreaming?

Melamun biasa adalah membayangkan sekilas sesuatu yang menyenangkan yang ingin dicapai. Misalnya melamun mau jalan-jalan ke Bali, dia akan membayangkan nanti di Bali mau kemana saja, enak banget kali ya kalau kami ke pantai A, dst. Sementara MD, isi lamunannya nggak jelas juntrungannya dan hanya digunakan untuk lari dari kenyataan yang tidak menyenangkan, tak ada niat untuk mencapainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline