Aku nggak pernah menyangka bahwa proses menyusui ternyata suatu perjuangan. Aku kira itu akan terjadi secara alami. ASI (Air Susu Ibu) akan mengalir secara otomatis dan bayi akan langsung tau caranya menyusui. Ternyata kenyataan yang kualami tidak sesederhana yang kubayangkan.
Satu Minggu Pertama
Hari pertama setelah lahiran, payudaraku sudah bengkak banget, tapi aku belum bisa menyusui bayiku, El, dengan benar. Beberapa ibu di keluarga besar yang datang menjenguk berusaha mengajariku cara menyusui. Tapi ternyata tak berhasil. Anakku belum bisa menyusui dengan baik. Sehingga dia banyak nangis-nangis.
Beberapa ibu itu bercerita bagaimana dulu saat mereka baru lahiran, air susunya langsung muncrat-muncrat saking lancarnya. Mendengar cerita mereka tentang air susu masing-masing yang berlimpah-limpah sementara aku belum ada ASInya membuatku insecure. Melihat anakku menangis tapi tak tau harus bagaimana membuatku kasihan plus panik. Sungguh membuatku stress.
Pada hari ke dua, seorang perawat mengajariku cara pelekatan yang benar untuk anak bisa menyusui dengan baik. Dia menjelaskannya dengan detail sambil membantu menempatkan posisi El dengan tepat. Dia mengajari dengan sabar sampai El berhasil menyusui.
Berkat pelajaran dari perawat itu aku mulai bisa mengatasi drama menyusui hingga hari ke-3 di rumah sakit. Namun lebih sering menyusui dengan payudara sebelah kiri karena kalau payudara sebelah kanan tampaknya kurang nyaman bagi El.
Perjuangan selanjutnya dimulai pada saat kami pulang ke rumah di hari ke empat setelah lahiran. Setibanya di rumah, El nangis-nangis, aku mencoba menyusui dengan posisi yang aku sudah pelajari kemarin, tapi ternyata tak mempan. El tetap nangis-nangis. Aku bingung harus bagaimana. Itu satu-satunya cara menyusui yang aku tau.
Saat itu Ibu mertuaku di rumah, mungkin karena panik, berkali-kali dia menyarankan agar El dikasih sufor, dikasih madu dan di kasih air putih. Semua saran itu malah bikin aku makin panik. Dari banyak artikel yang aku baca, bayi baru lahir hingga umur satu tahun belum boleh dikasih madu. Dan kalau dari bayi dibiasakan minum sufor, bisa-bisa malah nanti nggak mau minum ASI. Jadi aku tak ingin langsung memberikan sufor. Aku tau aku sebenarnya aku punya potensi untuk menyusui hanya perlu sedikit latihan aja.
Beberapa kali El mau menyusui langsung, namun kadang tidak mau. Kalau sedang tidak mau menyusui, kami memberikan pake sendok dari hasil memompa ASI.
Pada hari ke lima, di sore hari setelah banyak tidur, begitu bangun El nangis-nangis dan badannya panas. Aku dan suami panik dan segera bawa ke RS.